december post

Deeto, janai ka?

Ai Nante
11 comments gimme comment?


Tittle : Ai Nante (that’s thing called love)lagi-lagi bikin judul gak kreatip
Author : Deya
Genre : Romance *hopefully*
Rating : pg13
Stat : One shoot
Cast : Yabu Kota and Ruri-chan saya menahan diri buat gak eksis
Disclaimer : I don’t own Yabu. he belongs himself. Ruri-nee anak orang tuanya *both of them kakak saya kok*

Hmm, fic ini gw bikin karena ya diminta sama neechan saya ntu. Mintanya romance lagi, susaaaahhh~ But I try to do it. Ganbatte kimasu~
Nikmati aja ya!
Selamat baca!

*****
Orang yang sedang kucari ternyata tengah asyik membaca komik. Judul komik yang tiap bulan ia baca dan aku tahu betul isi ceritanya. Rambutnya kadang berkibar tertiup angin, membuatnya makin menawan untuk dilihat. Mata sayunya seakan berkata bahwa pemiliknya adalah orang yang ramah dan bijaksana. Dibalik itu semua, aku tahu betul dia masih terlalu kekanakan untuk umurnya yang menurutku sudah tidak kecil.
Aku meletakkan sekaleng minuman di depan mejanya. Seketika itu pula ia menyadari kehadiranku dan langsung menarik tubuhku untuk duduk di depannya. Angin sore itu ikut mengibarkan rambutku. Aku dibuatnya gugup ketika ia masih terus memegang tangan kiriku.
“Ruu-Chan, mite!”
Aku mengikuti arah matanya. Ia tengah menunjuk-nunjuk halaman komik yang ia baca.
“Perhatikan! Ada yang aneh nggak?” Tanyanya penuh semangat.
Aku memperhatikan halaman komik yang dibukanya. Menatap gambar seorang lelaki yang memiliki perban di hidungnya. Lelaki yang terbaring di atas tempat tidur. Aku menebaknya adalah ranjang rumah sakit. Aku tahu siapa tokoh yang ada di dalam komik ini.
“Are? Apanya yang aneh?” Tanyaku balik. Bingung tepatnya. Tidak ada yang aneh sepertinya.
Dia makin semangat, senyumnya melebar seketika. Selalu seperti itu. Wajahnya selalu seperti itu jika membicarakan komik. Bersemangat dan bersinar. Entah kenapa aku suka sekali ekspresinya yang seperti itu.
“Lihat dong yang jelas! Sersan ini punya hidung! Hahahaaaaa….” Tawanya lepas. Mata sipitnya makin terlihat samar. Cengiran ini yang sanggup membuat jantungku berdetak melebihi batasnya.
Aku kembali fokus pada komiknya. Dan mencerna apa yang barusan ia katakan. Tak butuh waktu sedetik untuk membuatku ikut tertawa.
“Lucu banget kan? Padahal kan dia nggak punya hidung, professor gila itu lho yang minta diberikan hidung. Lucu kan?”
Aku mengiyakan pendapatnya. Yang lebih lucu itu kan wajahmu. Yang lebih menarik dari komik ini kan kamu. Hanya kamu.
“Nih!” Dia memberikan komik itu padaku, “Kau mau pinjam kan?”
Aku mengangguk. Mengambil komik itu dan memeperhatikan covernya.
“Pulang yuk! Udah sore” Katanya, lalu lagi-lagi menarikku tanpa ampun.
****
Kota Yabu.
Cowok yang kukenal sejak kelas 1 SMA. Cowok yang kukenal karena sebuah obrolan ringan tentang komik. Menyukai hal yang sama. Mempunyai hobi yang sama. Kebetulan rumah kami berdekatan. Kebetulan pula aku sering berangkat dan pulang sekolah bersamanya.
Tidak.
Ini bukan hanya sekedar kebetulan.
Ini mungkin memang takdir.
Takdir aku menyukainya dan diberi kesempatan lebih untuk bisa berdekatan dengannya.
Masalahku Cuma satu.
Apakah dia tertarik kepada wanita?
Setahuku, komik-komik adalah kekasihnya.
Otaku.
Begitulah dia.
TOK TOK TOK…
Aku menoleh cepat.
Ada suara ketukan pada jendela kamarku.
Sekilas kulirik jam dinding.
Jam 11 malam.
Buru-buru aku membuka jendela kamarku dan kudapati Yabu tengah berdiri di sana. Dengan cengiran khasnya.
“Nani? Jam berapa ini, Yabu?” Tanyaku heran. Protes lebih tepatnya. Kenapa tingkahnya mirip penjahat begini sih?
Lagi-lagi ia hanya memberi jawaban dengan cengirannya. Keningku berkerut. Ada apa sih cowok ini? Sudah hampir 2 tahun aku mengenalnya. Tapi, aku selalu tak bisa menebak apa isi dalam otaknya. Ke arah mana jalan pikirannya. Terlalu sulit buatku mengetahuinya. Ahh, aku memang tidak peka sepertinya.
“Nee, sampai kapan kau akan membiarkanku kedinginan di luar?” Yabu bertanya dengan wajah yang dibuat-buat untuk tersenyum.
“Masuk deh”
Yabu masuk ke dalam kamarku dengan santainya. Aku meliriknya sekilas. Biasanya otaknya mulai tak waras kalau jam segini dia ada di kamarku. Bukan macam-macam sih. Patokan ‘tak waras’ untuk Yabu masih mengenai komik. Atau paling-paling ide gilanya yang ia dapat dari hasil membaca komik.
“Apa lagi sekarang?” Tanyaku menyelidik.
Benar deh. Kadang idenya itu kelewat batas anehnya. Pernah suatu malam dia sembunyi-sembunyi ke kamarku dan mengajakku melihat meteor jatuh. Sampai jam 3 pagi ternyata meteor itu tidak ada. Yang ada malah aku yang esoknya terserang demam. Bukan hanya itu, dia kerap menelponku tengah malam. Mengobrol tentang hal-hal sepele. Dan sukses membuatku sering begadang. Yang lebih aneh lagi, aku tak pernah protes dengan sikap ajaibnya itu. Ternyata sebenarnya yang paling aneh itu adalah aku. Bukan dia.
“Ruu-Chan manis sekali memakai piyama itu. Cocok deh!”
Blushing!
Aku mencoba menenangkan diri sendiri. Apa-apaan sih dia? Datang tak jelas dan tiba-tiba mengatakan hal aneh seperti itu. Entah kenapa aku jadi gugup.
Aku membenarkan posisi dudukku. Mengambil guling di atas tempat tidurku. Meletakkannya diatas kakiku. Entah apa maksudnya aku melakukannya. Aku terlalu gugup. Tanpa sadar aku mulai menggerak-gerakkan kakiku dan membuat kasurku bergoyang pelan.
Yabu mengambil kursi dan duduk di hadapanku. Ia menatapku serius. Perubahan ekspresi yang terlalu tiba-tiba. Aku menangkap ada sesuatu yang aneh dari wajahnya.
“Yabu, doushitano?” Tanyaku ikut serius. Kedua mataku memicing tajam.
Mata itu kosong. Tidak ada keceriaan di sana. Seperti sebelumnya.
Aku jadi khawatir. Apakah ada hal buruk yang ingin ia sampaikan padaku?
“Yabu! Ada apa sih? Jangan membuatku takut!”
Yabu mengaruk kepalanya. Ia tampak kebingungan memulai pembicaraan. Beberapa kali ia membenarkan posisi duduknya.
“Aku… Aku… merasa ada yang aneh deh” Ucapnya akhirnya.
HEEEE?????
“Kadang aku sulit bernapas. Kenapa ya?” Lanjutnya.
Kedua alisku bertaut. Bingung.
Mata Yabu mulai menerawang, “Seperti ada sesuatu. Entah apa aku juga nggak tahu”
Mata itu sendu. Seperti ada beban yang hinggap di sana.
“Apa kau sakit?” Entah kenapa hanya itu yang ada di otakku sekarang. Apakah Yabu menderita penyakit mematikan? Apakah­-
Yabu menggeleng pelan. Lemah sekali.
“Shiranai yo” Jawabnya tanpa semangat.
Aku menghembuskan napas. Ada kekhawatiran terpancar di hembusan napasku. Aku mulai memikirkan hal-hal yang aneh. Sebenarnya ada apa dengan anak ini?
Melihatku yang berubah ekspresi, tiba-tiba Yabu bangkit dari duduknya. Ia mendekatiku. Memegang kedua tanganku cukup membuatku tak karuan. Ia berjongkok di atas lantai, memberikan senyuman hangatnya.
“Daijoubu Ruu-Chan. Nanti akan kucari penyebab dari keanehan ini. Jangan khawatir ya!”
Seperti menangkap apa yang aku pikirkan, ia berkata dengan lembutnya. Lagi- lagi aku tak mengerti jalan pikiran orang ini. Beberapa waktu yang lalu ia tampak murung, belum ada 10 menit tingkahnya langsung berubah normal. Aku kembali dibuatnya bingung.
“Ruu-Chan! Kau belum tidur? Sudah malam lho!”
Itu suara Kaa-san. Gawat! Aku lupa mematikan lampu kamarku.
Bukan itu yang penting sekarang.
Yang lebih gawat adalah Yabu ada di dalam kamarku saat ini. Akan sangat buruk jika Kaa-san mengetahuinya.
Mataku melebar. Menatap Yabu dengan panik.
“Gawat!” Seruku pelan.
“Kaa-san masuk ya!”
Dengan cepat Yabu berdiri, menarik selimutku yang lebar. Menjatuhkan badanku di kasur dengan kasar. Kemudian ia menarik selimut hingga menutupiku, kami maksudnya. Karena saat aku membuka mata, wajah Yabu tepat 5 senti di depanku. Ia menindih tubuhku yang lebih kecil ini, benar-benar tidak manusiawi. Napasnya naik turun. Begitu lekat menyentuh kulit pipiku. Aku tak sempat protes, akrena pintu kamarku mendadak terbuka.
“Eh, sudah tidur ya? Sepertinya tadi ada suara. Dan, kenapa sih jendela kamar terbuka begini?”
Aku mendengar suara langkah kaki Kaa-san yang mendekat ke arah kasurku. Karena jendela kamar tepat di sebelahnya. Jantungku berdegup luar biasa. Alasan pertama karena aku takut Kaa-san mengetahui keberadaan Yabu. Alasan yang kedua adalah Yabu sendiri. Siapa lagi. Belum pernah aku sedekat ini dengannya. Bahkan, ini adalah hal yang terlalu ekstrim. Kenapa sih Yabu memilih cara ini untuk bersembunyi? Aku yakin ia dapat mendengar degupan jantungku yang kencang.
Ia memandangku. Matanya begitu dekat dengan mataku. Bibir tipisnya tak menyunggingkan senyum jenaka yang selalu ia tunjukkan padaku. Tatapan itu begitu serius. Dan entah kenapa tiba-tiba ia membenamkan kepalanya di samping kanan kepalaku. Tepat di leherku. Mata bulatku mengerjap tak beraturan. Napas hangatnya mengaliri tubuhku tanpa bisa kucegah. Aku tak sanggup menggerakkan anggota badanku sama sekali. Kaku. Tubuhku kaku.
Aku merasa dekapannya mengeras. Aku benar-benar tak sanggup berpikir lagi menggunakan akal sehatku. Semuanya buyar. Aku ini kenapa sih? Yabu aneh. Sangat aneh. Kenapa aku jadi ikut-ikutan aneh juga sih?
Degupan jantungku tak henti-hentinya berdetak cepat. Tanganku mulai berkeringat dingin. Kudengar Kaa-san menutup jendela, mematikan lampu kamarku dan menutup pintu perlahan.
Sunyi.
Tak ada suara apapun.
“Yabu” Panggilku pelan, lebih terdengar berbisik. Aku tak mau Kaa-san mendengar suara mencurigakan dari dalam kamarku.
Tak ada jawaban.
“Yabu” Panggilku agak keras.
Lagi-lagi cowok ini tetap bergeming.
Aku memegang tubuhnya, berusaha menyadarkan tepatnya. Tapi Yabu tetap tak mau menjawabku.
Perlahan, kau menggeser badannya ke sisi kanan. Maskipun badannya kurus, tetap saja terasa berat untukku yang notabenenya adalah seorang cewek.
Aku bangun dari tidurku, menatapnya heran.
Kenapa ia tertidur di kamarku? Di kasurku tepatnya. Kenapa sih dia malah membuat hidupku jadi susah begini? Aku jadi bimbang. Membiarkannya tinggal atau membangunkannya?
Aaarrrggghhhhhh!
Aku mengacak-acak rambutku. Bagaimanapun juga, egoku melebihi akal sehatku. Aku tak sanggup menahannya. Benar-benar menyusahkanku saja.
Oke. Otakku memang sudah mulai gila. Tapi aku tak mau masalah bertambah runyam dengan ikut tidur di sampingnya. Aku harus menyingkir. Ya, setidaknya hal itulah keputusan terbaikku. Masalahnya, aku juga nggak tahu otakku ini akan bekerja normal atau tidak menghadapi makhluk seperti Yabu.
Aku bangkit dari kasurku. Menyelimuti Yabu sampai ke dagu. Mengamati wajah tidurnya yang begitu mempesona. Mengamati matanya yang terlelap. Mengamati bibirnya yang-
Sebentar deh!
Belum apa-apa aku sudah mulai tak waras kan?
Aku menjauh seketika.
Menarik kursi dan duduk di depan meja belajarku. Menelungkupkan wajahku sedalam-dalamnya. Aku tak pernah berpikir akan menghadapi situasi seperti ini.
Sungguh tak pernah terpikirkan.
****
Pagi hari saat aku terbangun, aku mendapati diriku sendiri tengah barada di kasur lengkap dengan selimutku. Aku mantap sekeliling. Mancari dimana keberadaan Yabu. Aku tak mungkin lupa bahwa semalam aku tidur di depan meja belajar dalam posisi duduk. Dan paginya aku dengan nyamannya tidur di aksur seperti biasa. Aku tak ingat berjalan sambil tertidur. Mungkinkah—
Aku menyibakkan selimutku dengan kasar, meloncat dengan sigap ke arah jendela yang terbuka. Sinar matahari kali ini cukup membuat mataku silau tapi menghangatkan. Aku menatap keluar dengan penuh seksama. Lebih tepatnya menatap ke depan rumahku. Dimana Yabu tinggal.
Sunyi.
Mungkin dia sudah pulang.
****
Aku salah besar. Berpikir semua akan berjalan baik-baik saja seperti sebelumnya. Aku salah besar. Benar-benar tak kuduga.
Semenjak malam itu, aku tak pernah lagi melihat Yabu. Entah itu di rumahnya ataupun di sekolah. Aku bertanya pada orang tuanya, mereka mengatakan kalau Yabu berpamitan akan pergi selama beberapa hari. Kemana perginya pun mereka tak tahu. Aku sudah mencarinya kemana-mana. Bertanya pada teman-temannya yang lain, mencari ke tempat-tempat dimana kami sering kunjungi.
Tapi, nihil.
Usahaku sia-sia.
Keitainya tak pernah aktif. Emailku tak pernah dibalas. Aku diacuhkannya dengan sempurna.
Sebenarnya ada masalah apa sih? Setidaknya kabari aku kalau dia baik-baik saja. Hanya itu yang aku butuhkan sekarang. Mengingat terakhir kali ia berbicara aneh, terang saja aku khawatir luar biasa. Kenapa sih anak itu egois sekali? Tega sekali membiarkanku tak karuan seperti ini. Pergi tanpa jejak. Jurus menghilang yang sangat sempurna.
Sudah satu minggu tak ada kabar. Orang tuanya pun tak banyak berkomentar menanggapi pertanyaanku yang bertubi-tubi. Aku merasa ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Semacam konspirasi yang mereka atur. Aku sangat yakin mereka mengetahui keberadaan Yabu. Jika tidak pun, aku yakin setidaknya mereka mengetahui bahwa keadaannya baik-baik saja.
Aku tersiksa luar biasa. Khawatir, cemas, marah, kecewa dan… rindu bercampur jadi satu. Bergemuruh dalam dadaku tanpa ampun. Aku hanya bisa mencari dan terus mencari tanpa mengenal kata menyerah. Sungguh. Apa sih yang ada di dalam otak anak itu? Lagi-lagi menyusahkanku. Lagi-lagi membuat hidupku yang sudah susah ini bertambah susah.
….lagi lagi—
Ugh! Sekarang aku yang kesulitan bernapas. Menyesakkan sekali rasanya. Aku tak pernah tahu bahwa merindukan seseorang sangatlah menyiksa.
Aku memegang dadaku yang kembali terasa sesak. Aku benar-benar menderita. Benar-benar menyedihkan. Sangat menyedihkan. Ditinggal seperti ini membuatku tak mampu berjalan dengan baik. Tak mampu melakukan segala sesuatunya dengan wajar. Kakiku seperti hilang entah kemana, dan aku yakin ada di tangan Yabu. Dia mencuri semangatku. Dialah thermometer hidupku. Dan sekarang,
….dia menghilang.
Buliran air mata membasahi pipiku. Aku tak sanggup lagi membendungnya. Semua tumpah begitu saja seperti hujan. Aku terisak sendirian di sana. Di tepi sungai. Tempat yang paling disukai olehnya. Dan menjadi tempat kesukaanku juga.
Tapi, semua tak menyenangkan seperti dulu lagi. Saat aku bersamanya di sini. Di tempat ini. Melakukan apapun dengannya.
Hampa.
Aku menatap langit biru yang membentang.
Yabu, apakah kau menatap langit yang kulihat?
Apakah perasaan ini tersampaikan padamu?
Aku begitu rapuh kau tinggalkan. Aku begitu lemah. Sadarkah kau?
****
Aku menyusuri jalanan yang mulai terlihat sepi. Sinar matahari sore menyapu alamnya dengan sempurna. menorehkan warna orange keemasan pada pantulan pohon-pohon yang berjejer rapi di tepi jalan. Aliran sungai terdengar bergemericik di telingaku. Pemandangan yang luar biasa. Akan lebih indah lagi kalau-
Aku tersenyum miris. Mengingatnya membuat hatiku sakit.
Kejam. Orang itu benar-benar kejam. Aku akan membunuhnya jika nanti ia muncul. Aku akan menyayat tubuhnya sampai ia merasakan kepedihan yang aku rasakan. Aku benar-benar kesal sekarang. Kemarahanku tengah berada di puncaknya sekarang.
Lamunanku tersadar oleh keitaiku yang berbunyi. Tanpa melihat layarnya aku mengangkat telepon tersebut.
“Moshi-moshi…” Jawabku pelan. Tidak ada tenaga untuk berkata lebih kuat lagi.
“…”
“Moshi-moshi?” Ulangku sekali lagi.
“…”
Siapa sih ini?
Aku berniat melihat layar keitai flipku ketika terdengar suara dari seberang sana,
“Ruu-chan…”
Suara yang kukenal. Suara yang kurindukan akhir-akhir ini. Suara yang-
Dadaku bergemuruh hebat saat itu juga. Berbagai emosi meluap tanpa bisa kucegah. Kedua mataku mulai panas.
Bahkan setelah aku mendengarnya pun, aku tetap yakin janji membunuhnya akan langsung lenyap begitu saja.
“Ruu-chan…”
Suaranya begitu lembut. Terdengar begitu merdu di telingaku.
Saking senangnya aku tak sanggup berkata-kata. Semua kata-kataku berkumpul dengan indahnya ditenggorokanku. Membuatku kesulitan bernapas. dadaku kembang kempis. Menahan segala perasaan yang sebentar lagi tumpah.
“Y…Ya…Yabu?” Kataku terbata-bata. Sungguh. Siapapun yang mendengarnya pasti yakin bahwa suaraku terdengar begitu serak, menahan tangis.
“Ruu-chan, dengarkan aku…” Ada nada mendesak di sana, “…kumohon” Lanjutnya.
Aku terdiam seketika. Menunggu. Perasaanku makin tak menentu.
Hembusan napas…
“Nee, Ruu-chan. Gomen ne. Karena aku membuatmu khawatir…” Lagi-lagi hembusan napas, ”Kau pasti marah padaku. Kau boleh membalasku nanti. Kau boleh memukuliku sepusmu nanti. Demo…”
Aku menelan ludah. Pilu.
“Kau tahu kan, malam itu, ketika aku masuk ke dalam kamarmu. Kau ingat kan apa yang aku katakan?”
Bahwa dia merasa ada yang aneh dalam dirinya?
“Aku sudah menemukan sebab dari keanehan itu. Aku benar-benar yakin apa penyebab dari semua itu…Untuk itulah aku pergi…”
Apa itu, Yabu? Cepat katakan padaku!
“…selama aku pergi aku terus memikirkannya. Aku merindukanmu”
Sesak. Dadaku kembali terasa sesak.
“…aku sangat menderita jauh darimu. Dimana aku selalu merasa dadaku terasa sesak, hanya berlaku jika aku di dekatmu. Dan, ketika aku jauh darimu, perasaan sesak itu makin menghantuiku”
….
“…Ruu-chan, kau lah jawaban dari semua itu”
Air mataku berjatuhan saat itu juga. Prahara itu lenyap seketika. Ada perasaan lega yang tiba-tiba menyeruak dalam benakku. Aku masih kehilangan kata-kata. Bongkahan batu yang selama ini menindihku mulai bergulingan pergi entah kemana.
Kakiku lemas tanpa bisa kucegah, ketika sepasang lengan memelukku erat dari belakang…
****
Author’s POV
Mata sayu itu memandang tanpa berkedip dengan apa yang dilihatnya. Sosok yang membuatnya tak karuan tengah berdiri 100 meter dari tempatnya berdiri. Betapa ia merindukan punggung itu. Rambut itu. Sosok itu. Ia merindukan segalanya tentang gadis itu.
Yabu, menghentikan langkahnya. Menatap dengan pasti dimana hatinya terpaut. Kepergiaannya membuatnya rindu setengah mati dengan gadis itu. Setengah mati.
Sosok yang selama ini hinggap di matanya tanpa ia sadari. Perubahan perasaannya yang membuatnya kalang kabut sendiri. Semua itu karena ia menyukai gadis itu melebihi apapun.
Sungguh buruk dirinya saat ini. Perlu waktu yang lama untuk menyadari apa yang tengah ia rasakan. Apa yang ia jalani selama ini. Dan jawaban itu sudah didapatnya. Pasti. Tanpa ragu.
“…Ruu-chan, kau lah jawaban dari semua itu” Yabu berucap pelan tapi penuh dengan keyakinan.
Tanpa menutup keitainya, secepat kilat ia berlari menuju hatinya. Berlari sekuat tenaga melawan arah angin. Sesuatu yang sangat berharga yang ia dapatkan, bukan, yang ia miliki selama ini tepatnya.
Dengan sigap dipeluknya tubuh itu. Ia benamkan kepalanya di pundak gadis itu dengan lembut.
Darahnya seakan kembali beredar dengan normal. Sungguh lega perasaannya sekarang ini. Mendapati seseorang yang dirindukannya berada di dalam dekapannya. Ia mendekap tubuh itu makin erat. Yabu ingin perasaannya tersampaikan dengan bersentuhannya tubuh mereka.
“Ruu-chan ga suki dayo…” Yabu membisikkan kata-kata itu penuh perasaan.
Tubuh itu beralih menghadapnya.
Mata mereka secara reflek bertemu pada satu titik. Yabu merasa bersalah ketika mendapati kedua mata itu basah.
Tapi, ada secercah harapan di sana. Bibir itu tersenyum kecil di sela tangisnya. Menarik tubuhnya tanpa ampun, memeluknya dengan erat sampai-sampai rasanya tak ingin dilepas oleh gadis itu.
Yabu melepas dekapan si gadis. Menatapnya dengan penuh perasaan. Berusaha mendalami apa yang ada di dalam mata indah itu.
Perasaan yang sama kah? Benarkah tersampaikan dengan baik?
“Atashi mo…”
Mendengar jawaban itu membuat Yabu menarik kepala si gadis. Mencium bibirnya dengan lembut. Membiarkannya untuk beberapa saat.
Tiba-tiba gadis itu mendorongnya pelan, “Cukup!” Ucapnya tegas. Napasnya terengah naik turun.
Yabu menampilkan ekspresi ‘Ada apa’nya.
Kedua mata gadis itu memicing, “Aku sudah sampai sesak napas karena kau tinggalkan. Jangan buat aku sesak napas lagi hanya karena kau cium”
Yabu tersenyum. memeperlihatkan cengiran khasnya. Lucu sekali melihatnya marah.
Tanpa memperdulikan ocehan gadis itu, ditariknya kembali tubuh gadis itu dalam pelukannnya. Erat sekali. Ia tak peduli meskipun gadis itu protes.
“Aku akan membuatmu sesak napas lagi…” Yabu berbisik, “…karena kupeluk”
kedua mata gadis itu berubah lembut. Dibalasnya pelukan Yabu. Ia tak mau kalah. Ia tak mau lagi kecolongan untuk kedua kali. Diam-diam ia tersenyum dibalik badan Yabu.
Dalam desiran angin sore, terdengar gemericik air sungai yang mengalir menuju hilirnya. Sinar matahari sore menghangatkan keduanya dengan indah.
Kau tak akan pernah tahu rasanya sebelum kau mengalaminya. Sesederhana itu kan, yang namanya cinta?
-END-

Label: , , ,



11 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

deeeeee.. :3
hihihi
doki2 tomaranai gw, pas adegan d ranjang! xDDDD
mesam.mesem gw d busway.. xD

yabu dah biasa msk kmr gw lwt jendela y?? kok gw g tau y.. xDDD
ngahahahahah

bgs kok de ending ny. gw jg suka :3

gw rela kok asma gw kambuh kl d pelok gt ama bubu.. xDDD

ah! cingcai2 ni orang dpn gw.asik ama dunia ny sndri bercingcai ria. berisik -__-

22 Februari 2010 pukul 22.03  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

buset apakah adegan di ranjang???
ekstrim banget tu kata2!
sadar woy sadar!
*lo tau de yg bikin jd ga waras*

pendek ya? pendek ya?
hehe...
bagus dah lo suka, tadinya endingnya cuma mu bilang "atashi mo" doang, tapi menyadari lo kagak demen ending aneh gitu yodahlah saya bikin begitu~

sankyuu uda baca + komen~
*hugs neechan*

23 Februari 2010 pukul 00.44  
Anonymous Anonim mengatakan...

*hugs balik* :3
maksiii sudah di buatkan :3

ahahahahah
tempat tidur=ranjang kan
bener aaaaaahhhh
xDDDD

bkin sekuel ny aj, biar panjaaaaanggg..
xD

si lenny aj baca senyam.senyum trus.. NGAKAK!
*g tw dah apa yg d ktawain*

hehehe bgs deh nyadar. bgtu doang mah kurang berasa.. :p

23 Februari 2010 pukul 05.40  
Blogger lenny_da mengatakan...

woooooo ruriiii..
de! dia demen banget tu ama fic lo yang inii..
gw baca di busway nahan2 ketawa mulu hehehehe

aaahhh~ penggambaran lo keknya emang ekstrem dah wkwk~ *baca: tentang yabu*

gw ngebayangin ni cerita antara gw dengan chii aih~ aih~ *otak ero!* lol :DD

24 Februari 2010 pukul 21.25  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

Neechan:
hehe, souka souka...
Tp pan bhasa lu bs d'perhalus dkit gt.ntar lm2 ni blog jg ero smua pan gmn ntar~
hehe..
Sekuel? Huahahaha~
bs sedeng aye,yg ame agari aj blm gw terusin..
Liat nantilah~

kak lenny:
huahaha~
knp ngakak kak? Gw bkin sepenuh hati jiwa raga dan tenaga lho~
muahahahahaa~
emg trlalu ekstrim ye gw gambarin yabu? Mksud'y? *lemot kumat*

bused dy mlh ngebyangin ama chii! Pedho parah lu kak..

25 Februari 2010 pukul 17.15  
Anonymous Anonim mengatakan...

yani desu...

waaaaaaaaaaaa...
yabuuuuuuuuuu...
iri gw ma kak ruri...
kak ruriiiiiiiiii...

gw mau juga dey..
keren..
keren..
mantab pas adegan di ranjang t,,
knp g langsung piiiiiiip aja...
wkwkwkwk...

hahaha,,
autis lu bwt ffcnya...
deya autis...

26 Februari 2010 pukul 01.22  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

Yachan bebeh~
sesuai janji ntar lo jg gw bkinin kok ma yabu. Tggu y,lg nyari inspirasi ni.hakhak..

Hadoh,pd dmen adegan ntu dah..
Gw g b'mksud ero tau,tp klo kalian mikir'y gt apa mau d'kata..
Haha..
Langsung biiiip? Huahaha..
Iya pasti tp g gw tulis,huahaha..
*mule gila*

27 Februari 2010 pukul 03.05  
Anonymous Anonim mengatakan...

Horee..*goyang2 pantat*
Aih,ma bubu ayang,da yama ato knatany dkit dong!!
Klo dah dpost sms gw y de!fufufu,,jd doki2 nunggu ffc lw..
Buat yg frendshp ma romance y,dkit angst ato komedi jg bole..
*bnyk mwny*
Hwehehe,
Trs brkarya!
Lu da blog sndri jg y de??

3 Maret 2010 pukul 02.06  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

yachan deshou???
hahaaa~
entar yak gw pikirin genrenya..
ada aybunya?
ada kanatanya?
ada yamyamnya??
ETOOOO`
LO MU YG MANA HEH?????

iya iya ada blog sendiri tapi blum dibenerin tu layoutnya...

4 Maret 2010 pukul 23.19  
Anonymous Anonim mengatakan...

iyoo..
yani desuuu...

udah jadi dey???

klo bisa seh kompilasi antara mereka bertiga...
biar kaya darekiss deh..

wakakakaaka,,,*ngarep tipe sadis*

2 April 2010 pukul 08.16  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

yeeeee~
maunya kek dare kiss..
gw juga maoooo~
jadi lu endingnya mu ama sapa??
dilarang maruk lhooo~ XDDDD

4 April 2010 pukul 19.49  

Posting Komentar

home