december post

Deeto, janai ka?

beautiful sleeping chapter 04
8 comments gimme comment?

Tittle : Beautiful Sleeping
Author : deya
Genre : Angst
Rating : pg15
Cast : Arioka Daiki and others
Disclaimer : Saya cuma memiliki cerita dan OC nya XD


***


Chapter 04

.:Dirty Little Secret:.


BUG!

Pukulan itu telak mengenai wajah Daiki. Cowok itu meringis pelan. Menyeka darah yang keluar dari bibirnya. Napasnya naik turun.

“Jangan sok jagoan, Daiki!”

BUG!

Tubuh Daiki terhuyung pelan membentur tembok. Memegangi perutnya yang terasa nyeri. Ia menatap nanar pada sesosok cowok tinggi di hadapannya.

“Hentikan!” Daiki berteriak. Tubuhnya sudah tak mampu lagi menerima segala pukulan itu. Padangannya mulai kabur, satu pukulan lagi saja akan mampu membuatnya tumbang.

Cowok itu tersenyum sinis, rambut coklatnya tampak berkilau di terpa temaran lampu malam. Ia merenggut kaos Daiki cepat, mencengkeramnya sekuat mungkin.

“Kau tak berhak memberiku perintah, anak kecil!”

Daiki mencoba melepas cengkeraman cowok itu. Tapi tenaganya tak mampu melawannya. Napasnya mulai tersengal. Cowok ini gila.

“Onii-chan!”

Suara sopran itu menghentikan kegiatan mereka. Keduanya menoleh cepat, seorang cowok dengan tinggi kurang dari 155 cm berdiri di sana—berwajah datar.

Daiki melengos. Tak ingin mengakui nyawanya diselamatkan oleh anak kecil.

“Chinen?” Tanyanya gusar, “Kenapa ke sini? Kembali ke kamarmu!” Perintah orang yang dipanggil kakak tadi.

“Onii-chan!” Chinen melotot.

“Kembali ke kamarmu!” Setengah membentak. “Cepat!”

Chinen tersenyum sinis, “Shinichi!”

Orang yang bernama Shinichi itu menoleh marah, “Apa sih?”

“Otou-san pulang!”


***


Daiki melangkah gontai menuju kelasnya. Tak ada niat sedikitpun untuk belajar hari ini. Sudah dua minggu sejak kematian Yabu. Hidupnya pun kembali normal. Kembali bekerja, sekolah—tak ada yang berubah.

Daiki menghela napas. Telpon gelap itu tak pernah ia terima sejak kemunculannya pertama kali. Walau begitu, ia merasa resah. Merasa tiap gerak-geriknya diawasi seseorang. Dan ia mulai jengah dengan perasaannya itu.

Apa mungkin ia akan segera dibunuh?

Lalu, apa hubungannya dengan Yabu? Mengapa ia dibunuh?

Berbagai pertanyaan itu berkecamuk dalam pikirannya. Ia tak mendapatkan jawaban sedikitpun. Itulah yang membuat hari-harinya tampak kacau.

“Arioka-kun…”

Daiki menoleh. Seorang cewek berdiri tak jauh darinya, Menatapnya takut-takut.

Kedua mata Daiki menyipit, dan mengangguk pelan ketika tahu siapa yang memanggilnya.
Cewek itu—Nanami, melangkah mendekat.

“Kore…” Nanami menyodorkan kaos putih milik Daiki. Dilipat rapi sekali.

Daiki menaikkan sebelah alisnya, “Oh…” Ia menerima kaos itu sambil terus memperhatikan gerak-gerik Nanami.

“Arigatou Arioka-kun”

Daiki hanya mengangguk pelan. Ia tersenyum.

“Kau…”

Daiki tampak antusias.

“Kau—”

“Kenapa denganku?” Potong Daiki cepat.

Nanami memandang ragu, ia menelan ludah.

“Kau bekerja di club kan?”

Kedua mata bening Daiki melebar, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tak ayal kepalanya terputar ke belakang. Ia takut ucapan Nanami terdengar oleh orang lain.

Ia mendorong tubuh cewek itu pelan hingga membentur dinding, dan ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

Nanami was-was diperlakukan seperti itu. Tapi ia menurut.

“Sssttt… Jaga ucapanmu…” Daiki berbisik tepat di samping telinga kanan Nanami. “Mengerti?”

Nanami mengangguk cepat. Ia heran kenapa Daiki hobi sekali melakukan berbagai tindakan ekstrim padanya. Apakah sifat cowok di depannya ini memang seperti itu?

Daiki tersenyum, ia melepas bekapan mulut Nanami.

“Aku melihatmu keluar dari club kemarin malam. Bisakah aku bekerja di sana?”

Kedua mata Daiki menyipit, heran mendapat pertanyaan seperti itu.

“Kau? Bekerja di tempat seperti itu?”

Nanami mengangguk pelan namun yakin, “Kumohon! Bisakah aku bekerja di sana?”

Bukan perkara sulit mempekerjakan Nanami. Daiki adalah salah satu karyawan kesayangan bosnya, ia yakin permintaannya akan dituruti, selain permintaan keluar dari club tentunya.

“Kenapa?” Daiki mulai menyelidik, “Kenapa cewek sepertimu mau bekerja di tempat seperti itu?”

“Karena kau, Arioka-kun”

Mata elang itu kembali menatap inten, “Aku? Apa maksudmu?”

Nanami menggeleng pelan, “Entahlah. Karena kau bekerja di sana aku jadi ingin juga”
Daiki merapatkan tubuhnya. Hingga tak ada ruang gerak sedikitpun bagi cewek itu. Nanami menahan napas ketika Daiki mendekatkan bibirnya ke telinganya.

“Sebenarnya, kau ini cewek macam apa sih?”

Tangan kanan Daiki mulai bermain. Ia menyentuh pinggang Nanami pelan. Sedikit demi sedikit menurunkan tangannya ke belakang tubuh Nanami. Mencoba mengetahui watak asli dari cewek di depannya ini.

Nanami tersenyum kecil, berusaha meredam rasa gugupnya. “Aku tak sebaik yang kau kira…” Ia menahan tangan kanan Daiki dengan tangan kirinya, menggenggam erat tangan itu sampai tak sanggup menggerayangi tubuhnya lagi, “Tapi aku juga tak seburuk yang kau kira, Arioka-kun”

Daiki kembali mendekatkan bibirnya ke telinga Nanami, tersenyum puas.

“Datanglah ke club malam ini! Ku tunggu di sana”


****


Nanami tersenyum sopan kepada manager club. Ia resmi diterima part time di club atas bantuan Daiki. Cowok berambut coklat gelap itu merasa aneh dengan keinginan Nanami yang tiba-tiba ingin bekerja di club. Dalam hati ia selalu bertanya, orang macam apa Nanami ini? Tapi ia juga tak banyak bertanya, mengingat kedekatan mereka belum memungkinkan untuk mengajukan pertanyaan tersebut.

Nanami mendekati Daiki yang sedang duduk di bangku meja bar. Ia meminum cairan berwarna kecoklatan, segelas besar. Daiki menoleh sebentar ketika Nanami menyenggol bahunya.

“Mau minum apa?” Daiki bertanya santai.

Nanami menimang sebentar, “Apapun kecuali yang kau minum itu. aku tak minum alkohol”

Daiki tersenyum mengerti, “Inoo, bisakah kau membuatkan minuman tanpa alkohol untuk cewek ini?”

Inoo melirik sebentar, entah kenapa ia tak suka melihat Nanami begitu dekat dengan Daiki. Ia hanya mengangguk pelan, tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Tak lama, segelas kecil milkshake teronggok di hadapan Nanami. Ia menebak rasa vanilla.

“Arigatou, Inoo-san”

Inoo hanya tersenyum seadanya, ia merasa tak perlu beramah tamah dengan—saingannya.
“Pacarmu?” Inoo bertanya santai pada Daiki yang masih menyesapi minumannya.

Daiki melirik Nanami sebentar, cewek itu tampak salah tingkah.

Inoo geram melihat adegan itu, tapi ia berusaha tetap tenang. Siapa nama cewek itu? Nanami? Inoo merengut dalam hati. Bahkan mulai besok dia akan bekerja di sampingnya.

Daiki menggeleng pelan, “Mana Hikaru? Takaki?”

Inoo mengangkat bahunya, “Tak tahu kemana, mungkin sebentar lagi sampai. Kalau Takaki, dia malas datang dan memilih tidur di rumah”

Daiki mengangguk mengerti. Sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Takaki, cowok itu sibuk sekali akhir-akhir ini.

“Yo! Daiki! Inoo!”

Kedua oarng tersebut menoleh cepat, mendapati Hikaru menghampiri mereka dengan wajah cerianya. Ia melirik Nanami sekilas, lalu melirik Daiki. Tanpa bertanya, ia tersenyum sendiri. Seakan mengetahui hubungan apa yang tengah Daiki dan Nanami jalani.

“Hei cantik, siapa namamu?” Hikaru duduk di samping Nanami. Ia menatap Nanami lekat, berusaha menggoda.

Daiki menarik tubuh Nanami menjauh dari Hikaru. Serigala itu tak pantas mendapat santapan selezat Nanami.

“Daiki pelit!” Hikaru mencibir, “Lalu, siapa namamu?” Ia kembali beralih menatap Nanami.

“Na…Nanami. Hasegawa Nanami”

“Nana-chan… Ah, nama yang imut”

“Hikaru!” Daiki melotot sebal. Ia benci saat-saat Hikaru mencoba menggoda Nanami seperti itu.

Inoo hanya tertawa melihat dua eksistensi itu beradu pandang. Ia ingin sekali memisahkan Nanami dari tubuh Daiki sekarang juga. Mengingat mereka duduk terlalu dekat. Tapi ia juga tak dapat memungkiri, ada rona lain yang menyembul ketika Daiki menatap Nanami.

Cih! Anak muda!

“Oh ya…” Inoo merogoh saku celananya, “Daiki, ini untukmu!” Inoo menyerahkan selembar kertas kecil pada Daiki. Dan diterima cowok itu dengan alis mengkerut.
Daiki membuka kertas itu dan mendapati sebuah nama hotel beserta nomor kamarnya. Tiba-tiba ia menghela napas panjang.

“Lagi?” Hikaru bertanya sarkartis. Ia tahu maksud dari Inoo memberikan secarik kerats itu.

Daiki mengantongi kertas itu di saku jaketnya. Tak terlalu menggubris pertanyaan Hikaru.

“Kalau kau tak mau, berikan saja padaku!” Hikaru menerima gelas birnya dari Inoo, meneguknya hingga setengah.

Daiki menoleh sebal, “Dasar maniak!”

Hikaru tertawa keras, “Siapa yang lebih maniak? Aku atau kau?”

Daiki diam. Malas menanggapi celotehan Hikaru. Ia kembali menyesap minumannya.

“Arioka-kun, doushita no?” Nanami bertanya. Ia bingung dengan percakapan dua cowok yang tengah duduk mengapitnya itu.

Daiki menoleh cepat, mendapati wajah bingung Nanami. Ia hanya menggeleng pelan.

“Nana-chan tidak tahu pekerjaan Daiki?” Hikaru memulai percakapan. Nanami tertarik dan menatap Hikaru bingung.

“DJ?” Nanami memastikan.

Hikaru dan Inoo tertawa bersamaan. Membuat Daiki geram. Tapi ia hanya diam, toh juga Nanami akan tahu nantinya.

Hikaru membelai pipi Nanami lembut, “Kau polos sekali sih sayang…”

Kedua alis Nanami menyatu—bingung.

Hikaru mendekat ke telinga Nanami, membisikkan beberapa kata. Dan efeknya, membuat wajah Nanami merah padam seketika.

Inoo terkekeh pelan. Mungkin Nanami akan menyerah setelahnya.

Hikaru tersenyum puas, membuka kartu emas Daiki dengan mudahnya.

Nanami melirik Daiki, yang dilirik hanya diam. Fokus dengan minumannya.

Nanami diam. Benarkah? Benarkah perkataan Hikaru barusan? Tapi ia juga tak bisa protes, jalan hidup Daiki mungkin memang seperti itu.

Tiba-tiba Daiki memegang pergelanagan tangan Nanami, lalu menyeret tubuh cewek itu untuk bangkit.

“Ayo kuantar pulang!” Kata Daiki cepat.

“Ahh, Daiki…” Hikaru bersungut kesal, “Kau pergi saja, biarkan Nana-chan di sini!”
Daiki menoleh sinis, “Dengan maniak sepertimu? Jangan harap!”

Inoo tertawa ketika Daiki menyebut Hikaru maniak. Hikaru sendiri hanya cemberut.
Nanami membungkuk sopan ke arah Hikaru dan Inoo. Ia tersenyum sedikit dan langsung menghilang karena Daiki menyeretnya secepat kilat.

Ketika sampai di luar club Nanami berhenti. Membuat Daiki juga menghentikan langkahnya.

“Aku tak mau pulang” Kata cewek itu lemah.

Daiki menoleh, “Kenapa?”

Nanami diam. Ia tak mau Daiki mengetahui kenapa ia tak mau pulang. Alasan itu terlalu busuk.

“Lalu?” Daiki jadi ikut bingung, “Aku harus pergi ke…” Jeda sebentar, “Kau tahulah…”

Nanami mendongak, “Aku akan menunggu di rumahmu”

Daiki menyatukan alisnya. Makin bingung dengan jalan pikiran cewek ini. Menunggunya di rumah? Isi otak anak ini terlalu polos atau bagaimana sih?

Tapi tatapan itu begitu yakin, seakan tak ada lagi tempat aman untuknya berlindung.

Daiki merogoh saku celananya, memberikan kunci rumahnya kepada Nanami.

“Aku akan sampai rumah dini hari. Kau tidur saja!”

Setelah itu ia menghilang menuju kerumunan orang yang lalu lalang. Meninggalkan Nanami yang masih terdiam sambil memegang kunci rumah Daiki.

Apa yang ia lakukan?


****

Bayangan hitam itu menyala-nyala. Mengikuti setiap gerak-geriknya. Dan membuatnya was-was. Jantungnya sedikit berdegup kencang.

Takaki Yuya—berjalan di gang sempit yang cukup gelap. Peluh dan dahaga menggerogoti raganya. Bekerja melebihi dosis membuatnya lelah luar biasa. Tapi tak mengurangi sikap awasnya terhadap sesuatu—bayangan itu misalnya.

Sudah lama, ia merasa dibuntuti seseorang. Entah siapa tapi ia merasa hal ini cukup serius. Awalnya ia tak peduli, tapi lama-lama ia jengah juga.

Alunan lagu sayup-sayup terdengar dan ia sadar bahwa keitainya berbunyi.

Ia merogoh saku celananya, membuka flip keitai berwarna merah itu.

“Moshi-moshi, ada apa?”

“Kau dimana?”

“Dalam perjalanan pulang. Ada apa Daiki?”

“…”

“Kenapa sih? Ada masalah yang mengganggumu?”

“Tidak”

Suara itu begitu lemah, dan Takaki malah semakin yakin bahwa Daiki sedang resah.

“Eto… Kau hati-hati ya?”

Takaki tersenyum, meskipun Daiki tak bisa melihatnya.

“Iya iya. Kau ini cerewet sekali sih”

“Jaa!”

“Jaa!”

Dan telpon itupun ditutup dengan cepat. Takaki lupa dengan pikiran cemasnya, ia kembali berjalan menuju flatnya.

Tiba-tiba keitainya berbunyi lagi, tanpa melihat siapa yang menelpon Takaki langsung membuka flipnya.

“Daiki, apa lagi sih?” Takaki menyemprot Daiki, “Besok kan kita ketemu!”

“…”

“Daiki?”

“…”

Heran, Takaki melihat layar keitainya.

Unknown number.

Siapa?

Takaki kembali mendekatkan keitai ke telinagnya, “Halo? Siapa ini?”

“Diam di sana!”

Parau. Siapa dia?

“Apa?”

“Diam di sana! Karena nyawamu akan ku cabut… Takaki Yuya…”

Takaki menutup keitainya. Matanya menyapu berkeliling. Ternyata memang benar ada yang membuntutinya. Siapa?

“Keluar kau pengecut!” Takaki berteriak tak sabar. Ia sama sekali tak takut berhadapan dengan orang itu.

“KELUAR ATAU AKU YANG AKAN MEMBUNUHMU!” Takaki berteriak kalap.

Dan saat itulah. Bayangan hitam itu muncul. Pakaian serba hitam menutupi hampir seluruh badannya. Orang itu menggenggam pistol.

Sial! Takaki membatin dalam hati. Orang ini tak main-main.

“Siapa kau?”

Orang itu tertawa pelan, “Kau tak mengenaliku Takaki Yuya?”

Takaki menyipitkan matanya, berusaha melihat lebih jelas. Tapi penerangan jalan ini begitu minim. Sangat sulit melihat dengan jelas, apalagi sampai mengamati wajah orang.

“Kau ingin dibunuh dengan cara apa?”

Takaki mundur selangkah. Kakinya terasa berat untuk dilangkahkan. Malaikat maut sudah mengincarnya. Ia tak bisa berkelit kemana-mana.

“Cara yang menyenangkan seperti Yabu Kouta kah?”

Kedua mata Takaki melebar. Jadi orang ini pembunuh Yabu? Sial! Bahkan orang ini kelihatan sangat lemah. Kenapa bisa membunuh Yabu?

“Kau yang membunuh Yabu?”

Orang itu kembali tertawa, “Bukan aku. Tapi Arioka Daiki!”

“Daiki?”

“Temanmu itu yang menyebabkan dendam ini. Dan sayang sekali, kau juga harus menanggungnya”

Orang itu menyodorkan pistolnya. Membidik tepat di jantung Takaki. Cowok jangkung itu kembali mundur selangkah.

Sebelum ia sempat mengatakan sesuatu, penekan pistol itu sudah ditekan. Bunyi berisik terdengar sebentar lalu diredam oleh angin.

Takaki menutup matanya. Ia pasrah. Ia tahu ia bersalah. Ia tahu apa maksud perkataan dari orang ini. Ia tahu kenapa orang ini membenci Arioka Daiki. Ia tak bisa menutup mata dengan apa yang sudah terjadi dengan Yabu. Ia tahu Daiki gusar. Tapi ia tak mau membebani pikiran temannya itu lagi.

Dan ia juga tak menyangka, kejadian lima tahun yang lalu akan menuntut balas. Maka ia memutuskan untuk menyerah. Menyerah dengan keadaan.


****


Daiki berjalan santai menuju apartemennya. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Ia yakin Nanami sudah tertidur di rumahnya. Memikirkan Nanami membuatnya pusing. Ia tak bisa menebak ke arah mana Nanami melangkah. Kemana tujuan cewek itu, Daiki masih menerka-nerka.

Daiki melihat lampu apartemennya masih menyala. Jangan-jangan cewek itu belum tidur. Daiki mempercepat langkahnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Di ujung tangga itu, berdiri seorang anak laki-laki. Dengan tinggi kurang lebih 158cm. Rambutnya hitam legam, kulitnya putih seputih susu. Ia menyadari kehadiran Daiki.

Ia tersenyum—sinis.

“Daiki…”

Ragu, Daiki mendekat. Memberikan jarak satu meter dengan cowok itu.

“Chinen?”

Cowok yang bernama Chinen itu tersenyum—kembali sinis.

“Kau mengingat namaku dengan baik”

Daiki melengos. Sudah lama sekali sejak ia terakhir kali bertemu dengan Chinen. Dan terus terang saja, ada perasaan tak enak ketika ia tahu Chinen muncul. Seakan ‘orang itu’ juga muncul.

“Kenapa ke sini?” Tanya Daiki acuh.

Chinen menyandarkan tubuhnya di bahu tangga, “Begitukah sikapmu bertemu dengan adikmu setelah sekian lama, Daiki?”

Daiki mendongak, “Adik tiri maksudmu?”

Chinen tertawa pelan, “Kau mengingat status kita dengan jelas. Pasti kau masih mengingat Shinichi dengan baik”

Shinichi?

Daiki terdiam. Ia tak tahu harus membalas perkataan Chinen dengan kalimat macam apa. Mendengar nama orang itu disebutpun cukup membuat dadanya bergemuruh.

“Kudengar temanmu mati” Chinen berkata santai. Membuat Daiki menyipitkan matanya—menyelidik.

“Oh, tatapan macam apa itu? Kau menuduhku ya?”

Daiki masih terdiam. Lagi-lagi ia tak mampu menjawab kalimat demi kalimat yang Chinen lontarkan.

“Aku tak pernah bermain kotor, Daiki” Senyuman sinis kembali tersungging, “Dan aku bukan pembunuh” Senyum itu makin mengembang, “—seperti dirimu”

Kedua mata Daiki melebar. Tatapannya nanar. Anak ini—

“Bukan aku. Tapi orang lain…” Chinen mendekat, “Sebaiknya kau mulai berhati-hati dengan orang-orang terdekatmu”


****

Tebeceh lah~

Label: , , ,



8 Komentar:

Blogger lenny_da mengatakan...

hhaha chinen muncul!
chi muncul!
gyahahaa *ngakak guling2*

karakter chii lucuuuuu *lucu darimana nya deh~* XDD

oh! daiki gitu ya~ *sok polos* :p

makin deep de chap yang ini~ gw jadi curiga ama Nanami, pasti dia ada sangkut pautnya ama yang dimaksud chii "hati2 dengan orang2 terdekatmu" *spoiler bukan? hehe*

lanjut saja lah~ :D

4 September 2010 pukul 12.05  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

Wah iya chinen muncul..
Slamet ya kak~
*tabur bunga*

haha, iya daiki begitu masa. Mikir apa gw bkin daiki jd kek gt. Ckck

yeah, silahkan berspekulasi siapa yg jahat. Haha

iya kak ntr dilanjut.
Sankyuu

4 September 2010 pukul 19.40  
Blogger chikaです♪ mengatakan...

hadeh..
gw baru baca masa..
lupa gitu lw sempet sms gw.. *guling2*

nanami gejeh ih beneran lah itu chara gejeh bgt~ XDD
perannya juga (masih) rada ngagejeh~ XDDD

yah..
bakaki..
kalo diliat dari alur sepertinya giliran hikka masih lama...
*ini ngapa gw jadi ngebet bgt hikka mati sih (doh)*

5 September 2010 pukul 06.48  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

Nanami gejeh knp chik?
Dy chara cewek biasa kok. Haha
gak tahan kali liet pesona daiki. Haha

iya hikka masih lama bgd. Berhubung gw lg cinta bgd ama dy
*boong ding, emg dy lama matinya*

kamu knp pgen hikka cpd mati?

5 September 2010 pukul 07.11  
Blogger ruucchi mengatakan...

gw komeeeeennnnn. HEHEHE
aduh gw m cmnt apa y lupa >.<

*bentar gw liat lg fic ny*
:p

oiya!oiya!
inoooo!!! cemburu ama daichan! beralih dia dr yabu XDDD pdhl dstu ada hika XDDDhaghag

akhrny bakaki mati jg XDDD
mihihihi

he.he.he..
daiki maniak
he.he.he.he

pokokny! AAAAAAAAAAAA!!!!! GW MAKIN SUKA AMA DAIKI XDDDDDD

oiya aku punya blog looohhh~ :p
br bikin x3

7 September 2010 pukul 00.01  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

Ciyeh oneeeechan pny blog!
*kasi kembang*

prasaan kita uda ngobrol ampe jam 1 malem deh. Haha

iya inoo cemburu buta itu, pdhl dy uda ngais2 kuburan yabu. Wakakakak

wah,elu suka ama daiki diliatin chika tuh. Haha

sama! Gw suka chara daiki *unyel2*

8 September 2010 pukul 16.19  
Blogger ruucchi mengatakan...

nah itu! mkny mpe bingung m kmen ap lg xDDD
aaahhh inoo strees tu yabu mati! mkny bgtu dia.
mlm bgtu, kl siang menangisi poto yabu tuh xDDD
lalalalalalala *pura2 g liat chika* xDDD

11 September 2010 pukul 19.49  
Blogger minkyachan mengatakan...

hallo~gw datang yo!eh~ si chi nongol sok gt! idupin takaki ma bubu lg dong de~

19 Oktober 2010 pukul 08.41  

Posting Komentar

home