december post

Deeto, janai ka?

shuffle love ch2
2 comments gimme comment?

Tittle : Shuffle Love
Author : both of us (chap ini bagian deya XDD)
Genre : romance gak yakin
Rating : PG13
Cast : Tegoshi yuya, Masuda Takahisa, dan… *gak enak nyebutnya* hahha
Disclaimer : We don’t own the chara. They belong themselves, JE, and God.
***

Chapter 2

Chika memandang keitainya. Sudah hampir 10 kali ia menimang-nimang apakah ia harus menelpon Tegoshi atau tidak. Meskipun baru semalam mereka bertemu, tapi ia tetap ingin tahu keadaan kekasihnya itu—ralat. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat menyebut Tegoshi seperti itu. ini memang ide gila. Chika sadar betul tindakannya ini aneh. Tapi entah kenapa ia ingin mencobanya, mengingat betapa gilanya Tegoshi melarangnya banyak makan. Apa salahnya sih? Kenapa sih cowok satu itu takut dirinya jadi gendut.

Huuuh!

Chika mengumpat kesal.

Daijoubu! Ujarnya dalam hati. Semua akan baik-baik saja. Lagipula, Deya dan Masuda kelihatannya tak keberatan. Ahh, mereka memang pasangan ajaib. Sama-sama telmi.

“Yo! Chika…”

Chika mendongak. Mendapati Masuda tersenyum lebar ke arahnya. Pantas saja Deya terpikat sama cowok gembul itu, karena senyumnya membuat orang yang melihatnya ikut tersenyum. Sangat, hmm… menyenangkan—mungkin.

Chika membalas senyuman itu. ia dan Masuda akan jalan-jalan ke daerah sekitar Shibuya. Masuda mengajaknya belanja dan tentu saja kesempatan emas itu tak akan dilewatkannya.

“Ikou yo?” Masuda bertanya semangat.

“Un” Chika mengangguk senang.

Salah satu alasan mengapa Chika senang bersama Masuda, karena cowok itu mampu membuatnya tersenyum dalam sekejap. Benar-benar orang yang menyenangkan. Bukan berarti Chika menyukainya dengan arti lain, hanya sebatas itu—setidaknya.

Dugaan Chika tepat. Berbelanja dengan Masuda sangat menyenangkan. Setidaknya lebih bersemangat dibandingkan…emm… Tegoshi.

Tiga jam berlalu, dan Masuda masih bersemangat memilih baju yang ingin ia beli, sedangkan Chika mulai jenuh. Pantas saja Deya selalu kabur bila berbelanja dengan pacarnya ini. Ternyata…

Huffffhhhhh…..

Chika menghela napas pelan.

Kakinya mulai pegal. Ia mulai mengutuki dirinya sendiri yang memakai sepatu hak tinggi. Ia menyesal setengah mati kenapa ia tak menggunakan sepatu biasa tadi.
Saat itu, Masuda menghampirinya dengan berbagai kantong plastik di tangannya.

“Aku sudah selesai nih. Kita makan yuk!”

Wajah Chika berubah cerah. Melupakan masalah sepatu terkutuknya. Memang hanya makanan yang membuatnya kembali bersemangat.

Masuda mengajaknya ke restoran dimana mereka berempat bertemu beberapa hari yang lalu. Dimana ia barlari pergi meninggalkan Tegoshi sendirian di sana. Dimana…

Oh! Cukup!

Chika menepuk keningnya sendiri. Bukan waktunya memikirkan cowok wagamama itu.
“Nah, kau mau memesan apa?”

Chika menyentuh dagunya, tanda ia bingung. Makanan di tempat ini selalu menggugah seleranya.

“Apa ya?” Tanyanya sendiri.

Masuda tersenyum, “Apapun yang ingin kau makan pesan saja. Kau pasti lapar”

Kedua mata Chika terbelalak lebar, lebih bersemangat dibanding sebelumnya. Oke, pergilah kau Yuya! Lihatlah aku boleh makan apa saja jika bersama Massu!

Chika menunjuk beberapa makanan dengan hati luar biasa senang. Sepertinya perutnya akan penuh malam ini.

***


Chika dan Masuda berjalan beriringan setelah keluar dari stasiun kereta api. Masuda memutuskan untuk mengantar Chika pulang sampai apartemennya. Tentu saja Chika tak menolak. Meskipun aneh, tapi Masuda lumayan asyik diajak ngobrol.

Masing-masing tangan mereka menjinjing tas plastik belanjaan. Keduanya sesekali tertawa meributkan sesuatu.

“Nee, Massu…”

“Hmm?” Massu menoleh sedikit. Lalu kembali fokus dengan jalanan di depan.

“Kenapa kau setuju dengan… hmmm… maksudku pertukaran ini?”

Massu memandang Chika sesaat, lalu meringis lucu.

“Tegoshi yang meminta. Aku sih oke saja”

Chika cemberut mendengar jawaban bodoh itu, “Kau nggak keberatan ya?” Dan kenapa sih kau begitu bodoh? Chika menambahkan dalam hati. Jelas ia sangat bodoh, kenapa setuju jika Yuya memintanya? Umpat Chika masih dalam hati.

Masuda tertawa renyah, “Kenapa musti keberatan? Kau nggak senang ya jalan denganku?”

Chika menggeleng cepat, “Nggak kok. Aku senang jalan denganmu”

“Kau nggak perlu khawatir. Ini kan cuma permainan, seru kan?”

Sebelah alis Chika terangkat. Permainan katanya? Tanpa sadar Chika menggelengkan kepalanya lemah, bingung dengan jalan pikiran manusia di hadapannya ini. Dia malah menganggap keadaan ini permainan yang seru. Oh, mungkin benar sih.

“Oh ya, Deya sering bercerita padaku. Kau ini hobi sekali belanja ya? Bahkan Deya sampai menelantarkanmu” Chika terkekeh pelan, membayangkan situasi dimana Deya selalu kabur ketika Masuda mengajaknya belanja.

Masuda ikut tertawa, “Ya. Itu selalu terjadi. Ketika aku selesai belanja, Deya tak pernah ada di sampingku. Biasanya aku menemukannya di toko manga atau di toko kue”
“Kau nggak marah?”

“Kenapa harus marah sih?” Lagi-lagi cowok gembul ini tertawa.

Heran. Chika memandangnya dengan heran. Benar-benar tipe cowok yang nggak sensitive. Kemana sih larinya jalan pikiran Masuda? Gila belanja dan melupakan pacarnya. Tingkah yang aneh. Kenapa sih otak Deya begitu sempit? Kenapa dia bisa menyukai cowok aneh seperti ini?

Chika geram sendiri. Mendapati teman kencannya kali ini benar-benar di luar dugaannya. Ia sudah tahu mengenai keanehan ini sebenarnya, tak jarang Deya menggedor pintu apartemennya hanya untuk marah-marah karena tingkah Masuda, tapi tetap saja ia merasa shock ketika mengalaminya sendiri.

“Kau ini keterlaluan sekali sih! Nggak jarang lho Deya mengamuk padaku karena hal ini”

Masuda tersenyum kecil, seperti sudah paham apa yang ingin Chika sampaikan. Seperti ia benar-benar mengerti dengan siapa ia berhadapan.

“Aku tahu” Hanya itu jawaban Masuda. Membuat kedua alis Chika bertaut bingung, “Aku tahu dia selalu marah. Tapi aku suka wajah marahnya itu” Masuda menambahkan.

Heeeee?????

“Dan ketika marahnya mereda, ia akan selalu tersenyum senang ketika aku mentraktirnya. Kau tahu, aku paling suka dengan wajah orang yang tersenyum” Masuda melirik Chika, “seperti senyummu hari ini ketika melihat makanan. Cantik sekali lho”

Kedua mata Chika mengerjap dua kali.

Uso!
Uso!

Deya bohong kalau Masuda bukan orang yang romantis.

Iya…kan?

***


Tidak!
Masuda bukan orang yang romantis!
Umpat Chika dalam hati.

Chika cemberut luar biasa.

Masuda mengajaknya jalan-jalan hari ini.

Oke, jalan-jalan dengan Masuda memang seru. Dia orangnya ceria, dan suka sekali mentraktir makanan. Itu yang penting sih. Tapi, lain ceritanya kalau Masuda mengajaknya ke tempat yang juga seru. Ke taman bermain misalnya. Menaiki permainan-permainan yang memacu adrenalin.

Semua bakal lebih menyenangkan…jika tidak ke kebun binatang!

Oh, tidak! KENAPA KEBUN BINATANG SIH???

Chika memijit keningnya.

“Chika, menyenangkan lho ke sini!” Masuda berteriak senang dari kejauhan. Rupanya Chika sudah berhenti berjalan terlalu lama saking shocknya di bawa ke kebun binatang. Masuda mendekat karena menyadari Chika berdiri terlalu jauh darinya.

“Nande? Kau sakit?”

Ya! Sakit jiwa karena kau ajak ke tempat seperti ini!

Chika menggeleng pelan, “Nggak kok. Tapi, kau sering ya ke tempat ini?”

Masuda mengangguk semangat, “Lumayan sering sih”

Ngeri Chika membayangkan Deya pergi ke tempat seperti ini dengan makhluk bernama Masuda.

“Kau pergi bersama…” Bahkan Chika sendiri tak mampu meneruskan kalimatnya. Ia menahan tawa yang hampir meledak. Jadi seperti ini tempat kencan Deya dan Masuda???

Masuda malah terlihat bangga, “Ya, aku sering ke sini bersama Deya. Menyenangkan bukan?” Chika hanya mengangguk. Ia masih berusaha menahan tawanya, “meskipun dia sering protes. Kau tahu sendiri kan kalau temanmu itu sudah mengeluarkan kata-kata sadisnya? Untung aku cukup pengertian lho” Masuda menambahkan.

Chika menatap Masuda prihatin. Ia tahu Deya orang yang mudah emosi, dan tak jarang sisi “devil”nya sering keluar secara tak terduga. Ini apa sih dari tadi gw ijime diri sendiri ==”

“Yah, itu salahmu sendiri. Kenapa mengajak kencan ke tempat seperti ini!”

Masuda tertawa lepas, “Aku beruntung karena kau mau ku ajak ke tempat ini. Kau juga pengertian sekali. Lain kali ke sini lagi ya bersamaku?”

Chika terdiam. Tak sanggup membayangkan ke tempat ini untuk kedua kalinya bersama Masuda. Benar-benar deh cowok ini!

Chika menatap Masuda tak percaya. Cowok itu malah meringis lucu tak berdosa. Hh, mungkin cengiran itu yang sanggup membuat hati Deya luluh dan selalu mengiyakan keinginan Masuda.

“Aku nggak bisa membayangkan lho ketika Deya dan Tegoshi bersama. Mereka kan sama-sama keras kepala. Aku yakin tak ada yang mau mengalah jika terjadi beda pendapat”

Itu benar! Chika ikut berargumen dalam hati. Ini situasi yang berbeda. Dimana ketika bersama Masuda, Deya akan menuruti keinginan cowoknya karena itu tadi, cengiran luar biasa seperti anak bayi. Siapapun tak akan sanggup menolaknya atau memarahinya. Bahkan Chika sendiri tak sanggup hanya untuk sekedar memelototi Masuda. Sedangkan keadaan sangat kontras kali ini, ketika Deya bersama Tegoshi. Cowok egois itu, dan cewek galak itu? Tiba-tiba kepala Chika pening membayangkannya.

“Nee, kau haus kan? Ayo membeli sesuatu! Ahhm, apa lebih baik kita makan saja ya?” Masuda menimang pertanyaannya sendiri.

Dan ajakan itu sanggup membuat senyum Chika melebar. Dengan cepat ia melupakan Tegoshi. Akan lebih baik jika otaknya dipakai untuk memikirkan menu makanan yang akan dipesannya nanti.

***

To be continued....

Label: , , ,



2 Komentar:

Blogger chikaです♪ mengatakan...

astaga..
apa yg seru sih di bonbin??
gile ke bonbin..
ke rumah kucing gitu sih hayo dah ye..
INI KE BONBIN??? *ngakak guling2*

ini napa gw jadi keliatan super rakus gitu yak?? *berguling*

9 Mei 2010 pukul 22.42  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

kebun binatang di jepang ada kucingnya tau..
cuma ada di fic ini nih!
iya tapi kucing ukuran jumbo alias macan...
sama2 kucing tu...
seneng kan lo??
hahahaaa~

lha, anda emnag rakus baru nyadar?
*muka polos*

11 Mei 2010 pukul 19.19  

Posting Komentar

home