december post

Deeto, janai ka?

Little bride chapter 2
7 comments gimme comment?

Tittle : Little Bride

Author : deya
Genre : Romance
Rating : pg15
Cast : Inoo Kei, Fujimoto Asuka (OC nya Fietha)
Diaclaimer : Don’t own Inoo and the OC. Inoo belongs to JE, the OC belongs to fietha.

A/N: Nyehehe~ saya kembali~ *lambe2 kembang*. Chapter terakhir ni ya sesuai janji saya. douzo!


***


“Jaa na, Obaa-chaaaaan…” Inoo melambaikan tangan kanannya. Sebelah tangan kirinya sibuk memegang pundak Asuka. Istrinya itu hanya tersenyum, bukan senyuman senang. Lebih tepatnya senyuman paksa karena tingkah suaminya yang menyebalkan ini.

Pintu rumah itu tertutup. Kembali meninggalkan mereka berdua—seperti biasanya. Asuka menoleh ke arah suaminya. Memberikan tatapan tajamnya, yang disambut Inoo dengan santai.

“Lepaskan tanganmu, bodoh!” Perintah Asuka galak.

Inoo menaikkan sebelah alisnya. Menahan tawa.

Semenjak malam itu, dimana ia—melakukan hal wajar—mencium istrinya sendiri, sikap Asuka jadi aneh. Suka uring-uringan sendiri, terlebih lagi ia menolak didekati oleh Inoo.

“Jangan senyum-senyum menyebalkan begitu! Menjauhlah dariku! Dasar pervert!” Asuka mengibaskan tangan kiri Inoo dengan kasar. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya sendiri. Menguncinya rapat-rapat.

Di sana, di tempat tidur mungilnya, Asuka menghempaskan badannya kasar. Mukanya merah. Ia tak sanggup berdekatan dengan Inoo. Semenjak malam itu, jantungnya makin tak karuan jika berada dalam jarak radius 30 senti dari sang suami.

Bukan. Sungguh ia bukannya membenci suaminya. Tapi, semua hal yang ia kerjakan jadi berantakan jika ia berdekatan dengan Inoo. Ia tak sanggup konsentrasi belajar. Tapi berjauhan pun membuat perasaannya tak nyaman. Nah kan? Asuka merasa otaknya tak lagi sewaras dulu. Apa begini efek dari menikah? Membuat otak tak bekerja secara benar? Ah mungkin iya.

TOK TOK TOK

Asuka menoleh cepat. Siapa lagi yang mengetuk pintu kamarnya kalau bukan Inoo Kei.

“NANI?” Asuka berteriak dari kamarnya, suaranya terdengar seperti orang yang sedang terganggu.

“Buka pintunya, Asuka” Pinta Inoo.

“YADA! Bicara saja ada apa?” Asuka berjalan mendekati pintu. Ia malas berhadapan dengan Inoo.

Di seberang sana Inoo menghela napas berat. Tak menyangka efek dari malam itu begitu besar.

“Buka atau akan kudobrak!” Ucap Inoo serius.

Mau tak mau Asuka membuka pintunya. Wajahnya menyiratkan ekspresi serba salah.
“Kenapa?” Tanya Asuka was-was.

Inoo melirik sebal, moodnya berubah jelek. Dasar Asuka menyebalkan! Batinnya dalam hati.

“Aku lapar. Cepat sana masak!” Setelah mengatakan hal itu Inoo berbalik, siap membuka pintu kamarnya sendiri yang terletak tepat di depan kamar Asuka.

“Satu lagi…” Inoo menatap Asuka, “Jangan bertingkah seolah aku ini penjahat. Kau istriku. Jangan pernah melupakan statusmu, Asuka!”

Inoo masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan Asuka yang masih berdiri mematung di bibir pintu kamarnya. Merasa barusan ditampar keras-keras oleh perkataan Inoo. Dalam hati ia menyesal karena bertingkah menyebalkan begitu. Tapi, ia juga tak dapat mengerti sebenarnya kenapa ia melakukan hak seperti ini. Bukan maunya untuk bersikap kasar pada Inoo. Kadang akal sehatnya memang tertutupi oleh ketidakwarasannya sendiri. Dan Asuka menyadarinya.


***


Hari berikutnya tetap seperti itu. Inoo masih saja bersikap cuek. Memang sih sikapnya wajar. Tapi tetap saja Asuka merasakan kemarahan Inoo lewat aksi silent good nya. Dan itu malah membuat Asuka kewalahan sendiri.

Asuka menghela napasnya ketika hendak membuka pintu rumahnya. Ia baru saja pulang sekolah. Tahun pelajaran terakhir memang sedikit membuatnya stress. Terlebih lagi ia tak bisa berkonsultasi dengan Inoo tentang masa depannya sekarang. Mengingat suaminya itu sedang nggak mood.

Asuka menyadari bahwa pintu rumahnya tak terkunci. Aneh. Padahal tadi ia ingat betul sudah menguncinya sebelum berangkat sekolah. Lagipula, jam segini Inoo pasti belum pulang kuliah. Lalu?

Buru-buru Asuka membuka pintu rumahnya, matanya melebar melihat banyak sekali sepatu berserakan. Ketika ia memasuki rumahnya, ada dua orang cowok dan satu orang cewek tengah duduk santai di ruang tamu. Ia melihat Inoo duduk sambil menatap layar laptop di hadapannya.

“Tadaima…” Ucap Asuka akhirnya. Semua orang reflek menatap Asuka. Kegiatan mereka berhenti begitu saja.

“Okaeri” Jawab Inoo singkat. Kembali sibuk dengan laptopnya.

Asuka tersenyum miris. Lama-lama jengah juga diperlakukan seperti itu.

“Wah, siapa dia Inoo? Adikmu ya? Kawaii~” Kata cowok yang berambut coklat terang. Ada semburat gingsul ketika ia bicara.

Inoo diam. Tidak menjawab pertanyaan temannya.

“Sejak kapan kau punya adik semanis ini, Inoo? Wah, kau licik juga ya?” Giliran cowok tinggi kurus yang berbicara.

Asuka jadi merasa tak enak berada diantara teman-teman Inoo yang terus-menerus meledeknya. Terlebih lagi dengan sikap Inoo yang masih saja diam. Menyebalkan!
Seorang cewek berambut sepinggang menghampiri Asuka, “Hai, namaku Ayane. Siapa namamu?”

Kedua alis Asuka bertaut, “Errr, Inoo Asuka desu.” Ia tak suka dengan sikap cewek yang menurutnya sok kenal ini.

Ayane tersenyum manis. Ah mungkin dia sebenarnya baik. Pikir Asuka positif.

“Nah, Asuka. Bisa kau mengantarku ke dapur? Dari tadi Kei tidak memberi kami minum”

Apa dia bilang? Kei? Ayane memanggil nama kecil suaminya? Seketika itu pula Asuka langsung mengibarkan api peperangan dengan cewek cantik itu. Menyebalkan sekali! Kenapa cewek ini memanggil nama kecil suaminya? Dan—

Oh… lihat sikap Inoo yang konstan itu. Ia sendiri tak melarang si Ayane ini memanggilnya begitu.

Asuka membuang muka. Muak melihat tingkah Inoo yang super cuek itu.

“Ayo, ikut denganku!” Asuka berkata dengan nada yang tak ramah. Biar saja! Toh ia tak ada urusan dengan si Ayane ini. Dalam hati ia masih kesal, kenapa Inoo tak menjelaskan kalau dirinya itu adalah istrinya. Oh itu tak mungkin ya? Melihat ada si Ayane ini di sana. Atau jangan-jangan Ayane dan suaminya punya hubungan khusus?

“Mau minum apa?” Tanya Asuka, malas beramah-ramah dengan Ayane.

“Maaf ya aku merepotkan. Kau pasti lelah, Asuka-chan” Sepertinya Ayane menyadari sikap Asuka yang ketus itu.

Asuka tersenyum kecil, “Betsu ni. Maaf, aku memang kelelahan.” Asuka berbohong. Biar saja Ayane menganggap begitu. Dan apa tadi? Asuka-chan? Cih!

Asuka mulai menuang jus ke dalam 4 gelas besar. Sesekali melirik ke arah Ayane.

“Kau pacarnya Kei, ya?” Tanpa basa-basi Asuka bertanya. Ia sangat penasaran dengan hubungan mereka berdua. Paling tidak, ia tahu benar kalau Ayane menyimpan perasaan khusus terhadap suaminya. Terlihat jelas di wajahnya bahwa ia menyukai Inoo Kei.

Ayane tersenyum, “Tanyakan sendiri pada Kei. Rasanya aku tak berhak menjawabnya.”
Asuka mendengus kesal. Ia benar-benar tak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu. Jadi benar mereka mempunyai hubungan khusus? Lihat saja kau Inoo Kei! Beraninya kau mempermainkanku!

Asuka pamit ke kamar pada Ayane. Terlalu besar rasa kecewanya. Terlalu besar sampai dadanya sesak. Ia memegang dada kirinya. Denyutan tak menentu dan napasnya memburu.

“Kenapa…” Asuka menjatuhkan tubuhnya di kasur, tangannya masih memegang dadanya, “Kenapa rasanya sesakit ini, Inoo Kei?”

Air matanya menetes tanpa suara. Ia merasa marah. Marah dengan keadaannya sekarang. Marah dengan Inoo Kei. Marah dengan Ayane. Dan marah dengan dirinya sendiri. Dirinya begitu bodoh! Kenapa bisa menyukai orang sepicik Inoo. Sialan! Asuka membatin emosi.


***


PRAAAAAANGGGGGG!!!!!!

Dada Inoo mencelos saat mendengar bunyi benda pecah. Segera ia berlari menuju dapur, entah kenapa ia yakin suara itu berasal dari sana. Bahkan ia lupa memakai baju karena baru saja selesai mandi.

Di sana, tepat di samping sebuah piring yang sudah pecah berkeping-keping, Asuka berdiri. Hanya diam menatap lantai yang berantakan. Pandanagnnya kosong, wajahnya sedikit pucat. Mungkin karena kaget.

“Asuka? Ada apa?” Inoo bertanya khawatir. Luluh sudah perasaan marahnya. Terkadang ia juga tak mengerti kenapa bisa-bisanya ia bersikap seperti itu kepada Asuka. Cowok tinggi itu mendekati istrinya, berusaha menggapai pundak mungilnya, tapi dengan segera ditepis oleh Asuka.

Mendapat penolakan seperti itu membuat Inoo terdiam. Berbagai pertanyaan muncul dalam otaknya. Ada apa dengan Asuka? Ah bodoh! Kau bodoh Inoo Kei! Inoo mengumpat dalam hati. Jelas saja Asuka marah padanya. Atas segala sikap dinginnya beberapa hari terakhir.

Inoo duduk berjongkok, mulai memunguti pecahan piring yang berserakan. Asuka yang sedari tadi membuang wajah menoleh pelan. Melihat penampilan suaminya yang berambut basah. Hanya menggunakan celana pendek, serta handuk putih yang dikalungkan di lehernya. Tanpa menggunakan kaos. Asuka ikut berjongkok, bukan memunguti pecahan piring seperti yang dilakukan Inoo. Ia hanya menatap suaminya datar. Menatap tetesan demi tetesan yang turun melalui rambut hitam Inoo.

Inoo menyadari tatapan inten dari Asuka, ia menoleh dan menantang mata bulat itu. Mencoba menyelaminya agar ia mengetahui apa yang sedang dipikirkan cewek itu.

“Kenapa?” Asuka bertanya lirih, ekspresinya datar. Raut wajahnya tak juga membaik, masih saja pucat.

Inoo menunggu. Sungguh, pasti ada sesuatu yang salah. Bibir mungil itu bergetar, lalu kembali terkatup. Tangannya juga gemetar. Ada apa ini?

Asuka memandang pilu, ada rasa sakit luar biasa yang bergemuruh di dalam hatinya. Terus menerus memaksa keluar dan membuat rongga dadanya sesak.

“Berhenti…” Bibir mungil itu mengeluarkan suara. “Berhentilah…”

Inoo menyimak dengan perasaan was-was.

“Berhentilah menjadi suamiku…”

Kedua mata Inoo melebar dengan sendirinya. Ia tak sanggup berkomentar, bibirnya kelu. Ia membuang muka. Tak mau menatap Asuka. Tak dapat dipungkiri, ada amarah di sana. Bersarang tepat di ulu hatinya, menembus sampai ke jantung.

Inoo meletakkan pecahan piring yang ia pungut dengan kasar. Ia menarik tangan kiri Asuka dan mengajaknya bangkit. Mau tak mau Asuka berdiri, kalah tenaga dengan Inoo. Cowok itu kehilangan kesabaran, ia menarik Asuka kasar dan membawa gadis itu menuju kamarnya yang tepat berada di depan kamar Asuka.

Inoo menutup kamarnya, menguncinya cepat—dengan masih memegang pergelangan tangan Asuka erat—dan membuang kunci itu entah kemana. Bunyi besi dan lantai marmer beradu terdengar nyaring. Bahkan Asuka sendiri tak tahu dimana kunci itu mendarat.
Inoo mendaratkan tubuh Asuka di pinggir kasurnya. Membuat Asuka terpelanting lumayan keras dalam posisi terduduk. Sedikir meringis karena sikap kasar suaminya, Asuka menoleh kesal.

“Kei, ap—“

“Buka bajumu!” Perintah Inoo dingin. Ia berdiri tepat di hadapan Asuka. Dadanya naik turun, mencoba menahan segala emosi yang ia rasakan. Entah apa yang ia pikirkan sekarang. Ia sendiri tak begitu paham.

“Apa?” Asuka mengerjapkan kedua matanya kaget. “Apa kau bilang? Buka baj—“

“Buka bajumu se-ka-rang!” Inoo memberi tekanan pada kata’sekarang’. Berharap istrinya cukup pintar untuk memahaminya.

“Kei, kau gila!” Asuka membuang muka. Panas.

Inoo makin mendekat. Meraih wajah Asuka dan menghadapakannya tepat di depan wajah Inoo. Mata mereka menyatu. Tapi tak ada kehangatan di sana. Mata Inoo terlalu dingin.

“Kau yang buka, atau aku yang buka?” Matanya menatap manik Asuka dengan jalang.

“Tidak!” Asuka hendak berdiri, tapi tubuhnya yang kecil dapat dengan mudah diraih Inoo. Cowok itu menyeret tubuh Asuka kembali ke tempat tidur. Membanting tubuh Asuka sampai gadis itu jatuh dengan posisi tertidur. Dengan cepat Inoo naik ke atas ranjangnya, mengapit kedua paha Asuka dengan kedua kakinya yang jenjang.

“Oke, aku yang akan membukanya, Asuka”

Asuka meronta saat Inoo membuka baju tidurnya. Kasar, bukan seperti Inoo yang ia kenal. Bukan seperti suaminya selama ini.

“KEI! LEPASKAN!” Asuka berteriak kencang saat Inoo berhasil membuka baju atasnya. Hanya menyisakan baju dalamnya.

Tanpa komando, Inoo menuju leher mungil Asuka. Yang membuat gadis itu makin meronta.
“Kei, jangan… Jangan sekarang. Kumohon..” Asuka berbisik pelan. Badannya lemas seketika. Ia tak sanggup lagi melawan. Tenaganya ia habiskan untuk berteriak.
Inoo tak menggubrisnya, ia masih asyik dengan kegiatannya sendiri.

Tangisan Asuka pecah tanpa bisa ia cegah. Rasa sakit mulai menjalar pada area lehernya.

“Yamete yo…” Asuka mengeluh lirih. “Kei, daisuki, hontou ni daisuki. Dakara…”

Seketika itu pula Inoo berhenti. Seperti baru saja sadar dari kesurupan, ia memandang wajah istrinya dengan wajah penuh penyesalan.

Ia panik. Mendapati tubuh Asuka yang setengah telanjang.

“Gomen ne, Asuka. Aku…aku…ak—“

Arrrggggggghhhhhhh! Inoo mengacak-acak rambutnya. Bangkit dari tubuh Asuka, ia duduk lemas di lantai dengan kepala menyender pada pinggiran ranjang.
Sungguh! Apa yang baru saja dipikirkannya?! Apa yang—

SHIT!

Asuka menarik selimut tanpa bangun sedikitpun, menutupi tubuhnya sampai dagu. Menggenggam ujung selimut itu dengan erat. Ia tak pernah tahu apakah Inoo akan nekat lagi atau tidak.

“Gomen, Asuka. Aku hanya—“. Inoo menundukkan wajahnya, pikirannya kacau saat ini. “Aku hanya marah, mendengar kau bicara begitu. Aku minta maaf…”

Asuka masih terisak pelan. Bukan lagi karena Inoo memaksanya, ia lebih menyesal kenapa sampai bisa-bisanya ia berkata kejam seperti itu. Menyuruh Inoo berhenti menjadi suaminya? Itu sangat konyol.

“Asuka, aku—“

Kalimat itu terputus. Asuka melingkarkan kedua tangannya di leher Inoo. Ia memeluk suaminya dari belakang. Menenggelamkan wajahnya di leher Inoo, menangis tanpa suara. Inoo merasa kaosnya mulai basah. Ia tahu Asuka menangis.

Inoo menggenggam kedua telapak tanagn Asuka dengan tangan kirinya. Mengusapnya perlahan, menunjukkan kehangatan yang biasanya ia berikan.

“Asuka, gomen ne”. Inoo kembali berucap.

Asuka menggeleng lemah di leher Inoo. Ia tak menjawab. Hanya mengeratkan dekapannya.


***


“Kei, ada hubungan apa kau dengan si Ayane itu?” Tanya Asuka menyelidik. Ditatapnya wajah Inoo dengan inten. Mereka sedang duduk santai di ruang tamu.

Inoo menoleh, lalu kembali sibuk dengan laptopnya. Asuka tak mengerti apa yang sedang Inoo kerjakan. Semacam program flash atau apalah itu.

“Kei…” Asuka merengek manja. Cemberut luar biasa mendapati suaminya malah kembali menatap laptopnya.

Inoo menoleh sebal, “Apa sih? Pertanyaanmu itu nggak penting!”

Tadinya Inoo ingin kembali berkutat dengan laptopnya, tapi mengingat wajah Asuka sudah merah begitu menahan kesal, Inoo jadi ingin sedikit mengerjainya.

“Kenapa? Kau cemburu ya? Wajar sih, Ayane kan lebih cantik daripada kau”. Ada nada meledek di sana. Membuat Asuka semakin geram. Tapi ia juga tak bisa membantah atau bagaimana, semua yang dikatakan Inoo memang benar. Ia memang cemburu. Dan Ayane jauh lebih cantik daripada dirinya.

Merasa air muka Asuka berubah murung, Inoo jadi tak tega. Ia tertawa keras, mengeluarkan sebentuk tawa menyebalkan yang dari tadi ia tahan.

“Kei! Apanya yang lucu? Baka!”. Asuka makin sebal ditertawakan seperti itu.

“Hmmmmmpphhh, oke, aku akan menjawab siapa Ayane itu”. Inoo menyudahi aksi tertawanya. Ia menatap Asuka jenaka. Khas Inoo jika sedang mencoba flirting.

“Jadi, siapa Ayane? Kau suka dengannya?”

Inoo tertawa kecil, “Ayane itu teman sekelasku di kampus, sama seperti Yabu dan Hikaru. Dia memang suka padaku tapi berhubung aku sudah punya istri jadi aku menolak”.

Kedua alis Asuka bertaut, wajahnya mendekati wajah Inoo. “Jadi, kalau kau belum punya istri, kau mau pacaran dengannya? Begitu?”

Bibir merah itu mencuat, menimbulkan senyuman meledek. “Mungkin begitu”

Asuka menarik wajahnya. Memandang suaminya dengan pandangan sebal. “Kau sungguh maniak, Inoo Kei!”

Inoo menarik kedua bahu Asuka lebih mendekat dengan tubuhnya, “Kau baru tahu, Inoo Asuka?”

Asuka makin cemberut. Ia sebal dengan sikap Inoo yang suka menggodanya seperti ini.
“Yeah, dan dengan bodohnya aku menyukai cowok mesum sepertimu!”

Inoo tersenyum lembut, “Dan dengan bodohnya juga aku menyukai gadis cerewet sepertimu, Asuka-Chan”

Asuka menarik tubuhnya kembali, “Jangan memanggilku seperti itu! Dasar mesum!”

Ia tahu benar gelagat mencurigakan suaminya jika sudah menambahkan –Chan jika memanggil namanya. Ia tidak mau lagi jatuh di lubang yang sama untuk—entah sudah keberapa kalinya.

“Ayolah Asuka-Chan… Mendekatlah!”. Panggil Inoo genit. Ia menarik tubuh Asuka dengan paksa. Cowok itu tersenyum penuh kemenangan saat berhasil mencium bibir istrinya.

Asuka diam saja, ia tak keberatan sedikitpun Inoo menciumnya. Diam-diam ia tersenyum senang. Hubungannya dengan Inoo baik-baik saja sampai saat ini. Tidak seperti sebulan yang lalu, saat Inoo memaksa untuk—ah, untuk itu pokoknya.

“INOO-CHAAAAAAAAANNNNNN~”

Kedua pasangan itu menoleh dengan bibir masih berpagutan. Melihat siapa yang tega-teganya merusak suasana mesra itu.

Dan di sana, berdiri dua sosok lelaki. Yang satu jangkung dan membawa sekantong belanjaan. Yang satu lagi lebih pendek dari si jangkung, tengah memakai topi berwarna putih. Mereka berdua berdiri mematung di ujung ruang tamu.

Buru-buru Inoo melepas ciumannya. Memandang dua temannya dengan kesal. Bagaimana tidak kesal?

“Kalian bisa nggak sih kalau mengetuk pintu dulu? Yabu? Hikaru?”. Umpatnya kesal, sekaligus malu. Asuka hanya tertunduk. Mukanya merah.

Si tubuh jangkung yang bernama Yabu menunjuk Asuka pelan, “Inoo, astaga! Kau berciuman dengan adikmu sendiri?”

Yang bertubuh lebih pendek mengangguk, “Kau gila, Inoo. Padahal aku menyukai adikmu lho!”

Inoo tersenyum, melingkarkan tangan kirinya di pundak Asuka.
“Yabu, Hikaru… Asuka buka adikku. Tapi—“

“Hah?” Cowok yang bernama Hikaru memotong, “Bukan adikmu bagaimana? Jelas-jelas nama keluarganya sama denganmu?”

“Wah, kau benar-benar tak waras, Inoo Kei!” Asuka menebak yang tengah berbicara adalah Yabu.

“Urusai!” Inoo berteriak menenangkan dua manusia yang tengah berdebat itu. Ia berdiri dan melangkah menuju kamarnya. Dan kembali sambil membawa sebuah figura yang ukurannya sedang.

“Lihat ini!” Ia memberikan figura itu pada Yabu dan Hikaru, “Asuka itu istri sahku!”
Kedua orang itu kembali mematung. Menatap figura yang ternyata adalah foto pernikahan Inoo dan Asuka.

“Eh? Hontou?” Yabu mengeluh pelan.

“Uzaken dayo!” Hikaru cemberut berat.

Inoo tersenyum puas. Berhasil membungkam mulut kedua temannya dengan sukses.

Yabu memicingkan matanya, “Bagaimana bisa aku yang lebih keren ini ditinggal menikah duluan, heh?”

Hikaru malah mendekati Asuka, “Nee, Asuka-Chan. Kau serius menikah dengan si baka Inoo ini?”

“Eh?” Asuka kaget mendengar pertanyaan Hikaru barusan. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa mual. Mungkin terlalu malu atau bagaimana ia jiga tak mengerti. Ia kan mudah mual jika gugup.

“Kalian berdua bisa diam tidak! Hikaru, jangan menyentuh Asuka! Dia milikku!” Inoo berteriak marah.

“Hmmmmmppphhhhh….” Asuka menutup mulutnya. Ia menahan mual yang tiba-tiba menjalari perutnya. “Hmmmmmppphhhhh…..”

“Eh?” Inoo jadi panik, “Asuka, kenapa?”

“Aku mual. Ingin muntah. Hmmmmmppphhh…..” Asuka menjawab pelan.

Yabu mendekat, “Asuka-Chan, jangan-jangan kau hamil?”

Hikaru juga mendekat lagi, “Wah, kau memang sehat ya, Inoo Kei!”. Sindirnya sambil tertawa.

Asuka Dan Inoo sama-sama diam. Bagaimana mungkin?

Inoo makin panik, “Eh, Asuka. Kenapa mual? Tidak mungkin kan kau hamil? Waktu itu kan belum jadi—“

“BAKA! Kenapa kau berbicara begitu di depan mereka? Kei BAKA!” Asuka membuang muka, malu luar biasa dengan perkataan Inoo barusan.

Terdengar suara ledekan yang keluar dari mulut Yabu dan Hikaru. Asuka hanya diam, ia terlalu malu untuk menanggapi. Sedangkan Inoo, hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Oke, lain kali aku akan meneruskan kejadian malam itu, Asuka. Ucapnya dalam hati


***
OWARI

Sumpah lah ini panjang gejeh banget endingnya yaoloh~
Udah ya udah. Huahahahahaaha~ *ikutan gejeh* XDD
Maap2 masalah typo. Ini bikinnya tengah melem dengan lampu dimatiin… *lha terus?*

Label: , , ,



7 Komentar:

Blogger Ayu Esti mengatakan...

mwahahahhahhaha,,deya pervert...ihh,,ohh,,,,
uh,,...
apa yg kau perbuat dengan inoo chan??? kyaa.. mau,,,*loh??*
ceritanya segar untuk dibaca,, ga ngebosenin,, hanya satu yg aneh non,,
azuka nangis and kaos inoo basah,, bukannya inoo ga pake baju???

overall... suki suki suki,,,,

4 Februari 2011 pukul 05.43  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

astaga knp gw bego dodol bgt yaoloh.. Iya inoo kan gak pake baju ya *baru inget* maap maap *bow*
hahahaha.. Dodol bgt gw yaoloh..
Soalnya pas bikin stgah k BS, stgh lg ke sini yu. Gile bego maap aye..

4 Februari 2011 pukul 07.16  
Blogger ftaasr mengatakan...

JIAH ENDINGNYA NANGGUNG DE! NANGGUNG! *plak*
kenapa lu ga buat hamil sekalian?! *PLAK PLAK*
Aduh gw demen deh ceritanya. Banget bnget~
Pas Asuka cemburu, pas Asuka nyaris disuruh 'itu', pas terakhir gw bayangin muka bengong Yabu ama Hikaru pas liat foto nikahan mereka, pas Asuka mual2 dikira hamil padahal gugup~
wakakakkaa =))

Hontou ni daisuki, dakara... >> niru2 cerita. /geplaked

4 Februari 2011 pukul 18.35  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

fietha: tau gak fit, gw emang pgen bgt bkin pas masa2 asuka hamil, trus punya anak. Mau bgt bgt bgt *kak ruri yg blg gt gw jd pgen* huakakakak.. Chara asuka sesuai g nih? Gw kan g tau gmn sifatnya. Haha.
Sankyuuuu yaaa XD

5 Februari 2011 pukul 04.46  
Blogger ftaasr mengatakan...

BUAT AJA DE!
BUAAAAATTTTT!!
Sifatnya?
kayak apa aja boleh. Sifatnya Asuka terserah lu deh. Sesuain aja ama lu biasanya bikin sifatnya Asuka disini~ XDDD

5 Februari 2011 pukul 08.08  
Blogger ruucchi mengatakan...

bah nama2 gw d sebut xDDD

22 Februari 2011 pukul 20.08  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

cuma nyebut doang~
gak bayar kan? XDD

26 Februari 2011 pukul 23.16  

Posting Komentar

home