december post

Deeto, janai ka?

Color Wheel
5 comments gimme comment?

Tittle : Color wheel

Author : deya

Genre : Romance

Rating : pg13 *mungkin bakal berubah nanti*

Cast : Yabu Kouta, OC *kalo ada Yabu biasanya sih ada Hikaru lol*

Diaclaimer : Yabu belongs to JE. OCs just mine.


***
Part 1
:warm and cold color:

Kharismanya tak terelakkan, begitu ia dikenal. Cowok tinggi dengan rambut kecoklatan berlaga dengan angkuh di lapangan. Tawanya renyah, membuat siapapun terpesona barang sejenak. Suaranya nyaring, seisi kampus mengenalnya. Cowok tenar yang bisa dibilang idola semua wanita. Mungkin berlebihan, tapi itulah kenyataannya.

Cowok itu menuju pinggir lapangan basket, napasnya terengah, bukti ia telah bermain cukup lama. Peluh membasahi dahinya, membuat rambutnya sedikit basah. Dan selanjutnya, cowok bernama Yabu Kouta ini duduk menyambar sebotol air mineral milik rekannya, Yaotome hikaru.

“Panas sekali sih hari ini”. Yabu berkomentar ringan, mengambil kemeja birunya tanpa berniat memakainya sekarang. Kaos putihnya sedikit basah oleh keringat, namun ia tak khawatir soal bau badan, toh ia selalu wangi apapun itu alasannya.

Hikaru merebut botol mineral yang isinya tinggal setengah dari tangan Yabu, “Yah, lumayan”. Ia ikut berkomentar. Datar.

Yabu merogoh saku celana jeans belelnya, keitai flip dengan warna putih ia buka. Dahinya sedikit mengkerut ketika membaca sebuah email masuk. Sedikit, ia menghela napas.

Hikaru melirik, lalu tersenyum sekilas. Ia sangat mengerti peringai sahabatnya ini. Sangat tahu sampai-sampai ia hafal betul arti helaan napas itu.

“Lagi?” Hikaru mengejek. Ia meneguk minumannya.

Yabu melirik sinis, “Diam kau!”. Pandangan matanya kembali sibuk dengan layar flipnya. Mengetik beberapa kata dan menutupnya dengan kasar. Yabu mendongakkan wajahnya, seakan menantang sinar matahari yang lumayan terik.

“Kau memang sinting, kawan! Sampai kapan kau terus begini? Punya pacar seperti ganti baju setiap hari” Hikaru menggeleng heran. Meskipun ia tahu jawaban klise yang akan dikeluarkan Yabu, tetap saja ia bertanya.

Yabu tertawa renyah, “Aku tidak pernah memacari salah satu dari mereka”

Hikaru menyikut temannya pelan, “Maka suatu saat kau yang akan mengejar-ejar salah satu dari mereka. Kau terlalu sombong, Yabu”

Cengiran. Yabu ikut menyikut Hikaru, “Hei hei, lihat siapa yang berani menceramahiku. Cari pacar dulu sana”

Hikaru menepis tangan Yabu, cemberut. “Diam kau!”

“BHAHAHAHAHAHAHAHA~”


***

Ketika dunia menciptakan makhluk populer seperti Yabu Kouta, maka dunia juga telah membentuk kaum-kaum tidak populer agar dunia ini tetap seimbang. Ekosistem semacam ini memang ada, bukan hanya terjadi pada drama di televisi atau kisah novel yang laris terjual. Cerita semacam ini selalu ada, dimana saja, dan terjadi oleh siapa saja. tak terkecuali gadis ini.

Tingginya berkisar 160 cm, kulitnya putih bersih, rambut hitamnya pendek. Bukan pendek dengan gaya lucu dan menawan, bentuk potongannya menyerupai lelaki, hanya saja lebih modis dan tetap saja terlihat seperti perempuan. Gadis itu tengah menyusuri jalanan ramai menuju gedung paling ujung di sebelah barat kampus. Ia mengenakan celana pendek hampir menyentuh lutut, kemeja putih pendek. Terlihat kasual seperti biasa. Bukan tipe-tipe gadis yang bermake up sepertinya. Beberapa orang yang kebetulan mengenal gadis ini menyapanya ramah, dan disambut oleh senyum gigi kelincinya yang putih. Kurang cantik, tapi cukup manis.

Gadis itu membawa sebuah kotak peralatan melukisnya. Kotak dengan ukuran 40x40 meter itu cukup membuatnya kerepotan karena isi di dalamnya cukup banyak. Ia berjalan santai sampai seorang cowok bodoh menabraknya.

“Ah, gomen gomen…” Cowok berambut coklat dengan dua buah gingsul menyemburat ketika ia berbicara, Yaotome Hikaru. Sang gadis hanya terpaku melihat peralatan melukisnya berserakan di tanah. Sungguh, ia baru saja membereskannya dan terlalu malas untuk memungutinya satu-persatu.

Eksistensi lain muncul, penyebab mengapa seorang Yaotome Hikaru menabrak sang gadis. Cowok dengan tinggi 180 cm datang dengan wajah polos, Yabu Kouta.

“Eh, Hikaru. Kau ngapain sampai menabrak orang?” Yabu bertanya sambil tertawa. Melihat posisi Hikaru yang terduduk di atas tanah.

Hikaru bangkit, “Ini salahmu bodoh! Kenapa mendorongku tadi?” Hikaru beralih menatap oknum yang ia tabrak, gadis itu tengah memunguti beberapa cat minyak yang jatuh ke tanah.

“Kana?” Hikaru menyapa ramah, ia mengenal gadis ini. Gadis yang menurutnya aneh. Ia pertama kali bertemu dengan gadis ini saat pertama kali masuk kuliah. Gadis ini terjatuh dan Hikarulah yang membawanya ke ruang kesehatan.

“Hikaru? Ah, matamu di taruh dimana sih?” Gadis yang dipanggil Kana tadi mengumpat pelan, hanya gurauan ringan.

Hikaru tersenyum merasa bersalah, ia ikut memunguti cat yang terjatuh. “Yabu, bantu juga dong! Jangan mematung begitu”

Yabu berdecak pelan, tapi akhirnya menuruti perintah temannya itu.

“Yabu-kuuuuuun~”

Yabu mendongak, tersenyum senang kepada seorang gadis yang menyapanya. Kalau menurut Hikaru sapaan itu sok imut, maka menurut Yabu itu adalah sapaan yang manis.

Yabu melempar beberapa cat minyak ke kotak yang ada di hadapan Kana, lalu beralih kepada makhluk hawa yang menyapanya.

“Nee, Yabu. Aku ke gedung kesenian ya. Mengantar Kana” Hikaru mengangkat kotak milik Kana. Dan gadis berambut pendek itu hanya diam.

“Oke, pergilah” Yabu tak terlalu menggubris kata-kata temannya itu.

“Hai, Mika-Chan….” Yabu membalas sapaan si gadis.

Tapi gadis itu malah cemberut, “Maki desu. Mika janai yo…”

Yabu tertawa renyah, “Ah, maaf aku hanya salah sebut. Saa, Maki-Chan, dou shita?”

Gadis yang bernama Maki itu tersenyum. Tipe-tipe gadis bodoh yang mudah sekali dikelabui. Pikir Yabu kejam.

“Tidak apa-apa. Aku hanya lewat kok. Ngapain Yabu-kun memunguti cat gadis aneh itu?” Maki tersenyum genit sambil menggandeng tangan kanan Yabu (karena tangan kirinya menenteng tas).

“Gadis aneh? Oh, maksudmu yang tadi? Ah itu teman Hikaru, aku hanya membantu saja. Namanya saja aku tidak tahu”

“Yokatta ne. Jangan dekat-dekat dengannya ya. Namanya Amane Kana, jurusan kesenian”.

“Of course, babe” Yabu mengedipkan sebelah matanya, lalu menggandeng Maki menuju tempat lain.

***

“Sankyuu~” Kana berkata cool ketika Hikaru meletakkan kotak miliknya di lantai dekat dengan kanvas lukisnya.

“Dou ita”. Hikaru tersenyum tulus. Matanya kemudian beralih pada lukisan Kana, “Sasuga Kana~ Lukisanmu bagus sekali. Are? Ngomong-ngomong ini lukisan apa ya?”

Kana tersenyum simpul, “Loh, ini kan Hikaru” Katanya sambil menampakkan mimik wajah sok serius. Jelas-jelas ia sendiri tak tahu siapa yang ia lukis.

Hikaru menyatukan kedua alisnya, tanda bingung. “Itu wajah? Aku kira semacam pemandangan langit”.

Kana tertawa pelan, “Seperti biasa, kau selalu saja mempunyai perspektif yang berbeda. Memang ini wajah seseorang, tapi bisa juga dilihat seperti pemandangan langit”.

Hikaru mengangguk mengerti, “Sepertinya aku berbakat ya jadi pengamat lukisan? Haha…”.

Kana hanya tersenyum. Ia suka mengobrol dengan Hikaru. Cowok ini ramah dan menyenangkan. Oh, bukan berarti ia menyukainya dalam bentuk perasaan yang khusus. Hanya saja, mungkin Hikaru adalah segelintir orang yang mau mengobrol dengannya. Hanya itu.

“Nee, apakah ini benar-benar wajahku? Waaah, sebegitu menyukai diriku kah?” Hikaru mulai menampakkan keahliannya, narsis.

“Aku sangat menyukaimu, Yaotome-san”.

“Aku juga, Amane-san”.

Dan gelak tawa terdengar kembali dari ruangan itu. Seperti biasa.

***

Yabu mengalungkan kamera SLRnya di leher. Ia tengah berkeliling di sekitar kampus untuk memotret objek. Ia menyukai olahraga, itu pasti, tapi di sisi lain ia sangat menyukai fotografi. Malas menjadi anggota club fotografi sendirian, maka ia menyeret Hikaru turut serta. Beruntung cowok gingsul itu juga lumayan tertarik dengan fotografi. Setengah jam yang lalu mereka berpisah, Hikaru harus mengikuti kelas selanjutnya. Sedangkan Yabu mengaggur sampai sejam kedepan. Maka ia memutuskan berburu objek untuk exhibition bulan depan. Club nya akan mengadakan sebuah pagelaran rutin seiring dengan masuknya tahun ajaran baru. Entah kenapa kali ini, Yabu lebih ingin memajang karyanya sendiri daripada memajang wajahnya yang tampan.

Tema kali ini adalah freedom. Kebebasan. Tidak sulit, namun tidak juga mudah. Masing-masing dari anggota club diminta untuk menampilkan sisi lain dari kebebasan. Dan Yabu sendiri bosan mengaitkan kebebasan dengan alam luas. Bebas bukan berarti terlepas. Setidaknya ia ingin keluar dari pemikiran tersebut. Maka beginilah ia, berjalan sendirian menyusuri lingkungan kampus. Berharap menemukan sesutau yang dapat memuaskan hatinya. Bukan sesuatu yang spektakuler. Ia hanya ingin objek yang sederhana tapi indah dilihat.

Tangannya lihai memegang kamera yang ukurannya cukup besar itu, tak henti-hentinya ia memotret keadaan sekitar. Mulai dari pemandangan taman kampus jurusan kesenian sampai orang yang berlalu-lalang tanpa henti. Sejenak Yabu melihat hasil jepretannya, kemudian tersenyum kecil. Natural. Seolah tak mengenal waktu, ia terus saja mengambil gambar tanpa henti. Sampai sinar matahari berubah menjadi sedikit merah.

“Ah!” Yabu menjerit tertahan. Buru-buru ia melihat hasil jepretannya yang terakhir. Sedikit ternganga, namun ekspresinya berangsur-angsur sumringah. Ia menyukai hasil yang terakhir ini. Maka dilihatnya kemudian objek hidup itu. Seorang gadis.

Seorang gadis tengah duduk di bangku taman sambil mendengarkan lagu menggunakan headphone besar berwarna putih. Tangan kirinya memegang sebuah kertas, dan tangan kanannya sibuk menggores kertas tersebut dengan pensil. Tak lupa ia bersenandung kecil mengiringi lagu yang didengarnya. Yabu makin mendekat, melihat penampilan gadis itu lebih lekat. Sepatu converse putih yang warnanya sudah pudar menggantung di kaki mungilnya. Ditambah celana pendek di atas dengkul tapi tidak kelewat pendek seperti artis-artis gravure. Kaos kaki hitamnya hampir menyentuh dengkul. Yabu beralih ke arah kaos yang dikenakan gadis itu. Kaos hitam biasa. Sangat biasa sekali. Tapi kesatuan dari yang ia kenakan menimbulkan kesan unik dan menarik. Dan lebih menarik lagi ketika rambut pendeknya, tidak terlalu pendek sih, diterpa sinar mentari sore. Menawan.

Gadis itu menoleh. Menyadari eksistensi yang terus memotretnya tanpa ijin. Kedua alisnya menyatu, ia melepas headphonenya, tergantung begitu saja di lehernya.

Yabu mendekat. Ia merasa familier dengan wajah itu. Tapi entah mengapa ingatannya tak juga muncul.

“Yabu Kouta desu…” Ia tersenyum sambil mengulurkan tangan.

Gadis itu mengerjap pelan, “Semua orang mengetahui namamu” Kata gadis itu datar.

Yabu menarik tangannya. Ia lupa bahwa dirinya adalah bintang kampus. Ia memandang gadis itu lagi. Seperti baru saja bertemu.

“Ah, kau temannya Hikaru ya. Kemarin kita bertemu kan? Amane… eto… Amane Misa-san?”

Gadis itu tersenyum sedikit, “Aku bukan tokoh manga Death Note”

Eh?

“Ahh, gomen gomen” Yabu meringis, menyadari ia salah mengingat nama gadis ini. “Jadi, boleh aku tahu namamu?”

“Amane Kana desu”

Yabu memiringkan wajahnya. Merasa aneh dengan wajah gadis ini. Terlalu datar. Bukan gadis kebanyakan yang mengejarnya. Oh, ia lupa semua gadis itu jelas berbeda. Dan makhluk di depannya ini termasuk dalam spesies langka. Kenapa langka? Tertarik dengan dirinya pun tidak. Ah, atau belum?

“Maaf, tadi aku memotretmu…. Ka—maksudku Amane”

“Ii yo, panggil saja sesukamu”

Yabu duduk di sebelah Kana, tersenyum mendapat sambutan dari gadis itu.

“Habis, Hikaru memanggilmu begitu. Boleh kupanggil Kana saja?”

Kana mengangguk sebentar, lalu kembali sibuk dengan kertas—oh sketsa ternyata. Sebuah pohon mapple. Yabu mengikuti arah pandang Kana, dan dilihatnya pohon mapple yang mulai berguguran. Indah.

“Wah, gambarmu bagus sekali” Yabu memuji tulus, entah ini termasuk tulus atau tidak. Mengingat ia terlalu banyak flirting dengan para gadis.

“Semua orang bilang begitu, sih”

Sebelah alis Yabu terangkat. Ia harus waspada pada gadis di sampingnya ini. Percaya diri sekali.

“Mana Hikaru?

Hikaru?

“Ada kelas. Kau ada janji dengannya?”

Kana menggeleng pelan. “Biasanya kalian selalu bersama”

Yabu tersenyum, merasa menemukan celah untuk memojokkan Kana.

“Kau memperhatikan kami? Wah, jangan-jangan kau suka padaku lagi?”

Kana menoleh. Wajahnya terlihat tidak bersahabat. Ia heran dengan makhluk narsis satu ini. Dan sepertinya Yabu menyadari jawaban dari Kana. Ia hanya meringis.

“Atau menyukai Hikaru?”

“Bukan urusanmu!” Jawab Kana datar. Ia mulai malas berinteraksi dengan makhluk menyilaukan seperti Yabu Kouta. Cerewet.

“Kau tahu… apa itu kebebasan? Aku sedang mencari jawabannya lho” Senyuman, dan sama sekali tak dilirik oleh Kana. “Ketika orang berpikir bebas berarti terlepas, maka aku ingin sekali menerima jawaban bahwa bebas itu menyedihkan. Iya kan? Menjadi seorang yang bebas itu menyedihkan. Terlihat angkuh namun rapuh. Konyol ya?”

Yabu mulai mengangkat kameranya. Memotret pohon mapple yang tengah digambar oleh Kana. Ia tersenyum sebentar.

“Apakah aku ini……konyol?”

Dan kata-kata itu sukses membuat Kana menoleh. Menelaah tiap inchi ekspresi jenaka yang ia tangkap dari wajah cowok dihadapannya. Sesaat, ia seperti tersihir masuk.

Gelap.

….dan mengerikan.

***

Di dunia ini, ada dua jenis warna. Warna panas dan warna dingin. Dua warna yang terbentuk oleh campuran-campuran warna lain. Yang sejatinya hanya ada tiga warna primer di dunia ini. Kedua warna ini sangat bertolak belakang. Tapi bukan berarti tidak dapat disatukan. Keharmonisan bukan lagi karena sejenis. Perbedaan kadang menimbulkan sesuatu yang selaras. Seperti dua manusia di atas.

Label: , , ,



5 Komentar:

Blogger ruucchi mengatakan...

EH?
ini bersambung??? apa udh abis???? O.o
kok g ada ktrangannya de?

yabu ny mabushiiiiiiiiiiii *pke kcmata item*

22 Agustus 2011 pukul 01.15  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

baru gw ganti itu tuh ampun deh salah link ._____. *mumet liet kodingan*

bersambunglaaaaah moso udah abis, pacaran aja belom :DD

22 Agustus 2011 pukul 01.25  
Blogger ruucchi mengatakan...

aseeeeeeeeeeeeeeeeeekkkkkkkkkkkkkkk x3
udh cepeeeeettt pacaran sanaaaaa~ x3 #eeeeaaaa

23 Agustus 2011 pukul 18.17  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

bentar2, saya kehilangan arah tentang karakter si yabu geblek ini nih xDDD

susaaaaah~ gw maunya malah cepet aja tamat lol

26 Agustus 2011 pukul 04.57  
Blogger ruucchi mengatakan...

walaaaaaahhhh~ =3=

6 September 2011 pukul 23.01  

Posting Komentar

home