december post

Deeto, janai ka?

雨上がり(Ame agari) ; After the rain Chapter2
9 comments gimme comment?

Tittle : 雨上がり(Ame agari) ; After the rain
Author : me aka daisuke aka deya
Genre : Fluff, Romance
Rating : pg15 (gak ngerti deh, mungkin akan tambah tinggi atau turun)
Cast : Tegoshi Yuya, Chika *muahahahaaa~* (dan pemain pendukung lainnya termasuk saya *kicked*)
Disclaimer : I don’t own Tego. He belongs himself. Kalo Chika mah anak enyak babenya~

Chapter 2
.:Yasashiku kisu shita no:. ( I softly kissed you)

Sotto me wo tojite kokoro hiraki na yo
Koori tsuita mune tokete yuku
Fui ni kuchizukete kimi ga mezameru yo
(Gently close your eyes and open your heart
Your frozen heart will melt
I suddenly kiss you and you wake up)

Tegoshi’s POV
Dua kali dalam waktu 2 jam.
Sudah dua kali cewek ini hampir mencelakakanku.
Apa-apaan sih orang ini??
Kulirik cewek yang sejak tadi pagi menghilangkan mood-ku ini. Ia tengah terpojok di sudut tembok dengan wajah cemas. Dalam hati aku mengutuki diriku sendiri. Kenapa aku datang ke gedung ini? Kenapa aku datang ke tempat dimana sumber bencana ku tadi pagi berada di sini. Bukan sekedar kebetulan. Dia memang berada di kampus ini. Kuliah di sini tentunya. Aku menyandarkan tangan kananku ke tembok, mengunci badannya agar tak lepas dari penglihatanku. Aku tahu nyalinya mengerut. Aku tak peduli. Aku memandangnya tajam. Benar-benar sebal dengannya. Dengusan kesal keluar dari mulutku. Sungguh, aku sampai tidak tahu harus berkata apa saking kesalnya.
“Ano…” Cewek itu mulai mengeluarkan suara. Secepat kilat aku kembali fokus padanya. Mata elangku menusuk tajam ke dalam matanya. Sedetik itu pula dia menunduk dalam, lalu kembali menatapku serba salah.
“Aku… Aku tidak mengerti tentang hari ini, tapi aku benar-benar menyesal. Sungguh” Suaranya bergetar. Mata sipitnya mengerjap perlahan. Menunggu reaksiku.
Aku melengos. Benar-benar cewek aneh. Bagaimana bisa dia membuat hidupku hari ini begitu kacau?! Kenapa sih hari ini aku sial sekali! Huhhhhh!
“Ne, maaf ya. Dan tolong biarkan aku pergi…” Ia memohon.
Heh? Melepaskannya pergi?
“Kenapa aku harus membiarkanmu pergi?” Tanyaku tajam.
Mendengar suaraku wajahnya mengerut, “Ayolah. Aku sudah telat sekarang. Onegai…”
Cemas. Ekspresi itulah yang kutangkap dari sinar wajahnya. Mungkin dia benar-benar telat. Tapi aku tak mau tahu. Korban dari segala kesialan ini sekali lagi adalah aku. Dan penyebabnya adalah orang ini. Sepertinya tak apa jika aku mengerjainya sedikit.
“Tidak bisa!” Ucapku tegas.
“EHH?? Nande?” Kedua matanya melebar. Meminta penjelasan dari ucapanku barusan.
“Kau masih bertanya setelah dua kali membuatku sial hari ini?”
Sedetik yang lalu ia ingin menepis ucapanku, mengingat itu salahnya dia diam.
Tapi, Aku salah. Aku mengira ia akan memohon maaf dengan wajah super cemas.
Sekali lagi aku salah sangka.
Sejurus kemudian ia menantang mataku. Tatapan tajam beralih menghujaniku.
“Oke! Aku memang salah. Menabrakmu dengan sepeda dan sekarang menindihmu. Tapi aku benar-benar tak bermaksud begitu. Kau boleh membalasku tapi tolong… Tolong jangan sekarang. Keadaanku benar-benar terdesak. Kenapa sih kau ini?!”
Cewek ini malah memarahiku. Mengucapkan kata-kata itu dengan sangat lancar. Aku terbengong-bengong dibuatnya. Takjub dengan perubahan sikapnya.
“Kenapa kau malah marah padaku, hah?” Aku tak mau kalah.
Wajahnya melengos, tertawa sinis.
“Aku kan sudah bilang tadi, sekarang aku sudah telat. Kita selesaikan ini nanti apa tidak bisa? Aku tak akan kabur!” Suaranya meninggi. “Kau minta ganti rugi apa sih? Akan kuberikan apapun, asal kau tidak minta aku membelikanmu rumah saja!”
“Apapun?”
Iseng. Aku semakin mendekat. Menatap matanya lekat.
Wajahnya memerah. Aku rasa ia menyesal telah mengatakan ‘apapun’ kepadaku yang jelas-jelas berjenis kelamin laki-laki ini. Sungguh anak yang polos.
“Eh? Ehhh????!!!!”
Dia mulai panik ketika aku makin mendekat. Sebelum ia berbicara, aku telah mengunci bibirnya dengan bibirku.
Ia tak membalasnya. Mungkin terlalu shock.
Aku tersenyum penuh kemenangan. Kulihat wajahnya benar-benar merah padam. Ia tak mengatakan apa-apa. Hanya menatapku dengan mata melebar.
“Itu hukumanmu!” Ucapku sambil tersenyum menahan tawa.
Setelah mengatakannya aku langsung beranjak dari hadapannya. Tertawa tanpa suara. Sungguh anak yang benar-benar polos. Kurasa nanti malam dia tak akan bisa tidur.
------
“Tegoshi!”
Aku menoleh ke arah sumber suara.
“Nani?” Jawabku malas. Aku sedang nggak mood mendengar celotehnya hari ini. Dia adalah Takahisa Masuda. Teman sekelasku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di Waseda dua tahun yang lalu. Ia juga mengambil jurusan yang sama denganku, yaitu Psikologi Kemasyarakatan.
Bukannya apa-apa sih. Aku hanya sedang malas menanggapinya. Hobinya berbicara tanpa henti seperti seorang dosen yang menjelaskan mata kuliah.
“Tadi kau bilang pergi ke gedung jurusan seni. Hontou?”
“Un!” Jawabku singkat. Aku menelungkupkan kepalaku ke meja.
“Ngapain?” Massu tetap bertanya meskipun aku sudah memberi sinyal akan tidur.
“Bertemu teman”
“Siapa?”
Mau tak mau aku bangun. Menatapnya kesal.
“Kenapa sih kau tanya-tanya terus?”
Massu meringis. Memeperlihatkan gigi putihnya yang rapi.
Apa sih? Kenapa dia malah cengar-cengir begitu? Aku menangkap ekspresi tak wajar darinya. Ah, pasti ada sesuatau yang ia sembunyikan dariku.
“Ada apa sih? Kenapa tingkahmu jadi aneh begitu?” Tanyaku menyelidik.
Massu masih tersenyum aneh, “Kau tahu kan, beberapa minggu yang lalu aku berkenalan dengan seorang cewek di toko kue?”
Aku mengangguk. Massu memang pernah bercerita tentang hal itu kepadaku. Tapi aku masih tidak mengerti hubungan antara cewek di toko kue dengan perginya aku ke gedung jurusan seni.
“Ternyata dia kuliah di sini. Di jurusan seni” Katanya semangat.
Kedua alisku bertaut,”Kau suka padanya?”
Massu menggangguk semangat.
“Kau yakin?”
Massu cemberut melihat reaksiku, “Reaksimu mengecewakan”
Heh? Bagaimana aku tidak heran? Sejak kapan Massu tertarik dengan makhluk bernama cewek? Bukan. Bukannya dia tidak normal. Setahuku, satu-satunya yang menarik perhatian Massu hanyalah makhluk yang bernama makanan. Wajar kan sekarang aku heran kenapa dia bisa suka dengan cewek? Belum lagi seleranya yang terbilang aneh. Pernah suatu hari kami melihat majalah bersama. Ada beberapa model cewek tengah berjejer memamerkan baju desain terbaru. Ketika aku dan yang lainnya mengatakan bahwa yang tercantik adalah cewek yang duduk di tengah, Massu mengatakan bahwa cewek itu biasa saja dan malah menunjuk cewek yang paling pinggir, yang lebih terlihat chubby. Benar-benar setipe dengan bentuk badan Massu yang gembul.
“Tegoshi!”
Sebuah suara halus memanggilku.
Aku menoleh cepat, “Hai. Misa, doushitano?”
Dia adalah Misa. Temanku sejak SD. Kami bersahabat baik sejak dulu. Sahabat. Yah, setidaknya begitulah aku menganggapnya. Dia mengambil jurusan sastra. Maka dari itu, aku heran melihatnya muncul di kelasku hari ini.
“Nandemonai. Kaa-san menitipkan ini untuk Ibumu”
Misa menyerahkan sekantong paperbag berwarna putih. Semenjak kuliah, keluarganya pindah rumah. Tak jauh dari rumahku sih, hanya memakan waktu 1 jam perjalanan.
“Ah, arigatou. Sampaikan terima kasih pada Bibi ya!” Ucapku sambil menerima paperbag itu dari tangannya.
Misa mengangguk sambil tersenyum manis.
“Aku duluan ya! Bye!”
Misa berlalu dari hadapanku. Aku menatap paperbag yang diberikan Misa tadi. Orang tua kami memang sudah dekat dari dulu.
“Hei” Massu menyenggol sikutku pelan, tapi cukup membuatku kaget lantaran tengah melamun.
“Nani?”
Massu tampak berpikir, “Aku selalu merasa Misa mempunyai perasaan khusus padamu”
“Sou ka?” Aku tak terlalu antusias menanggapi ocehan Massu.
Lagi-lagi Massu cemberut.
“Kenapa sih reaksimu sedatar itu?”
Aku Cuma tertawa melihatnya. Tingkahnya seperti anak kecil meskipun umurnya sama denganku. Seperti bocah yang terperangkap dalam tubuh dewasa. Dan dia selalu marah ketika aku meledeknya begitu.
------
Chika’s POV
Semangatku hilang sudah hari ini. Kesialanku memuncak ketika dosen mata kuliah pertamaku melotot dengan sangat galak. Dengan semena-mena pula ia memberiku tugas mencari data tentang sejarah seni rupa dan harus kuserahkan besok. Malang sekali nasibku hari ini.
Apalagi aku sudah melakukan kejahatan kepada seseorang selama dua kali hari ini. Dan dia…
Ugh! Aku kesal mengingatnya. Kesal setengah mati. Cowok sialan itu benar-benar maniak. Mencium orang sembarangan. Ingin sekali aku membunuhnya saat itu juga. Lagipula, kenapa sih aku ini? Diperlakukan begitu malah diam saja. Aku merasa wajahku memanas sekarang. Cowok itu jelas-jelas mengganggu kerja otakku. Membuatku tidak berkonsentrasi mengerjakan tugas.
“AAARRRRRGGGGHHHHHH!!!!” Aku mengerang keras. Mengacak-acak rambutku yang sudah kusut. Kurebahkan tubuhku di tempat tidur. Aku tidak peduli dengan layar computer yang menyalak-nyalak memanggilku untuk mengerjakan tugas. Aku bergulingan di tempat tidur. Mencoba menjernihkan otakku yang sudah tak waras. Aku tak bisa memungkiri kejadian tadi pagi, saat cowok itu menciumku, jantungku berdegup melebihi batasnya. Melebihi degupan saat aku ketakutan karena terlambat. Degupan aneh. Sungguh aneh. Karena efeknya masih kurasakan sampai sekarang.
Tiba-tiba keitaiku berbunyi. Tanda email masuk. Aku menggapai keitai yang berada di atas meja tepat di samping tempat tidurku. Aku membuka flipnya dan mendapati email dari temanku, Deya.
Jangan lupa besok temani aku ya!
Begitu isi emailnya.
Disaat aku sedang tak beres begini, temanku malah sebaliknya. Ia tengah suka dengan seseorang. Senpai kami di kampus, tapi berbeda jurusan. Masuda. Begitulah temanku memanggilnya. Ia mengajak temanku makan siang bersama. Dan karena temanku itu mudah gugup, ia mengajakku untuk menemaninya. Dan Masuda pun tak keberatan. Sudah dapat dipastikan aku akan menjadi pengganggu di antara mereka berdua yang tengah kasmaran. Betapa bosannya memikirkan kejadian besok.
Aku kembali menelungkupkan kepalaku ke bantal. Benar-benar efek yang sangat mengganggu.
-------
Deya menarik tanganku menuju tempat janjian bertemu dengan Masuda. Dengan langkah gontai aku menurutinya. Kami menuju sebuah toko kue. Dan Deya berkata Masuda telah menunggu di sana. Kenapa sih anak ini semangat sekali?
Sesampainya di toko kue, kami ke pojok ruangan. Dimana tempatnya strategis untuk melihat pemandanagn luar. Kebetulan tembok bangunan depan toko itu adalah kaca bening.
“Hai. Maaf kami terlambat” Deya menyapa salah satu cowok yang sedang duduk. Kenapa aku bilang salah satu? Karena ternyata orang yang bernama Masuda itu mengajak teman cowoknya juga. Aku tak begitu melihat wajahnya karena dia menunduk sedang sibuk dengan keitainya.
“Kami belum lama kok!” Masuda tersenyum dan mempersilahkan kami duduk. Deya menganbil tempat tepat di samping Masuda. Dasar pengkhianat! Bisa-bisanya dia bertingkah seperti itu. mau tak mau aku duduk di sebelah temannya. Deya pun mengenalkan aku pada Masuda. Cowok ini setipe dengan Deya. Sama-sama gembul.
Masuda kemuadian memeperkenalkan temannya.
“Kenalkan dia adalah teman sekelasku” Masuda menatap temannya yang masih sibuk dengan keitainya, “Tegoshi!” Panggilnya agak keras.
Yang bernama Tegoshi itupun mendongak. Secara reflek aku menatap orang yang ada di sebelahku itu. Aku ingat betul siapa dia. Rambut coklatnya. Kacamata baca yang menutupi mata bulatnya. Bibirnya yang…
Ugh! Aku kembali teringat kejadian kemarin. Mataku terbelalak selebar-lebarnya. Bagaimana aku bisa lupa dengan orang yang tiba-tiba menciumku kemarin?!
Tegoshi menatapku, awalnya biasa. Beberapa detik kemudian ekspresinya sama denganku. Kaget.
“Kau…” Ucap kami bersamaan. Aku merasa aneh berbicara dalam waktu yang bersamaan seperti ini.
Deya dan Masuda menatap kami heran.
“Kalian sudah saling mengenal?” Deya bertanya.
Saling mengenal?
“TIDAK!!!!!” Lagi-lagi suara kami keluar bersamaan.
Masuda tertawa renyah, “Kalian kompak sekali sih?”
“HEEHHHH?????”
Aku dan Tegoshi bertatapan. Ini sudah ketiga kalinya kami berbicara dalam waktu yang sama. Sedetik kemudian aku melengos, memalingkan wajahku yang kembali memerah. Kejadian kemarin terputar ulang dalam otakku. Degupan itu kembali bergemuruh dalam dadaku.
Sepertinya aku harus ke rumah sakit. Membeli persediaan jantung. Takut-takut kalau jantungku yang ini collaps. Karena selalu bekerja melewati batas.
Sungguh. Aku ini kenapa sih???
-------

Nee kocchi wo muite ite
Kuchibiru ga chikazuite doki doki tomaranai…
(Hey, Look this way to me
Our lips are so close, my heart wouldn’t stop thumping…)

Credit songs:
Snow Express – News
Kiss~kaerimichi No Love Song - Tegomass

Label: , , ,



9 Komentar:

Blogger AstiYulia mengatakan...

deya...huhuhu...comment dikit ahh...
comment gw tentang tego..hmm..memang seperti itu adanya..*ahakhakhak*
btw...chika kok dibilang sipit? darimananya?? *digebuk ma chika*
hehe...sepertinya deya mulai pintar menulis,, gw sebagai inspirasi loe jadi terhari..hixhix..*mulai gejeh*...
ganbatte ne...jadi pengen bikin fanfic juga jadinya...

15 Februari 2010 pukul 19.25  
Blogger AstiYulia mengatakan...

Gomen...ada yang lupa...
pas adegan chika ngomong bareng ma tego, jadi inget lovely complex...
btw..massu suka cwe chubby yaa?? bisa aja nie deya..xixixixi *kaburr sbelum dilempar sendal*...
hwakakakak...

15 Februari 2010 pukul 19.30  
Blogger chikaです♪ mengatakan...

tw tuh ah si deya..
sejak kapan mata gw sipiiit?? XD

ah,.
ga pernah dah si massu bilang demen cewek chubby..
itu mah bisa2nya deya jah~
mwahahahahahaaaaa~~

16 Februari 2010 pukul 17.45  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

asti: pas gw perhatiin sih mata chika gak sipit, tp dy bilang keturunan sipit tu..
hehe..
iyaaaaa~ gw juga baru nyadar pas gw baca ulang kek lovely complex,,
pada dasarnya tiap gw inget chika gw inget tu anime...
*digorok*
ahh, massu aja gembul...
*ngeles*

chika:
uda dah trima aja gw ama massu...
toh kamu aku bikin ama tego..
*bahasa alay kluar*

16 Februari 2010 pukul 22.02  
Blogger chikaです♪ mengatakan...

biar keturunan sipit tapi kan ga sipit de~ *joget2*
ga putih lagi de~ =A=

wajar de kalo lw langsung inget ituh animanga..
secara gw ama daiki pan emang lovely complex~ XDDD *guling2*

oh iya..
aku sama tego yah.. <3 *ikutan*

17 Februari 2010 pukul 03.02  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

iyalahhhhhh~
tiang listrik ama chibi!!!!!
muahahahaaaa~
*dicekek daiki*

btw, layoutnya bagus kok..
cuma birunya gelap amat dah...
lebih soft gitu ye neng~

17 Februari 2010 pukul 22.57  
Blogger AstiYulia mengatakan...

gyahaha...deya...chika...
@deya : jangan sebut2 tiang listrik! gw tersinggung!! *gyahaha sbelom dikatain duluan*
@chika : daku mengerti perasaanmu kawand..biarlah yang lebar berbicara..kita yang panjang..diem2 aja.. *kabur dari deya...>ngibrit<*
lovely complex ~daisuki <3~ =^^=

18 Februari 2010 pukul 18.36  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

hyah, kagak liat apa gw uda kurus gini....
*maksa*
salahkan yamyam yg masak tiap hari!!!!!
bikin gw ama massu bahagia~
*gila kumat parah*
gyahahahaaaa~
*ktawa setan*

18 Februari 2010 pukul 19.13  
Anonymous Pupuk Pembesar Umbi Kentang mengatakan...

mampir lagi

5 Juni 2018 pukul 00.29  

Posting Komentar

home