december post

Deeto, janai ka?

ame agari ch5
7 comments gimme comment?

Tittle : 雨上がり(Ame agari) ; After the rain
Author : deya
Genre : Fluff/ Romance
Rating : Pg15
Cast : Tegoshi Yuya dan…emmm…gak usah disebut yak? XDD
Disclaimer : I don’t own all. Just have the story XDD

Chapter5

.:Realized:.

Love himitsu ni shite
My Girl tokubetsu da yo
Dream futari no koi
Just hajimaru no sa
(Love, let's keep it a secret;
My girl, you're special to me
Dream, it's love between the both of us, and it's just beginning)

Tegoshi’s POV

Perlahan. Aku melepas plester yang menempel di dahiku. Sudah lebih dari seminggu aku berdiam diri di rumah. Kurasa keadaanku sudah sangat baik. Maka kuputuskan untuk pergi kuliah hari ini. Aku terlalu rindu dengan suasana kampus, sehingga rasanya aneh harus di rumah untuk memastikan aku sudah sehat.

Aku mengambil tas ku dan menuruni tangga dengan cepat. Aku berbelok ke kiri tangga, mendapati Kaa-san sedang berdiri di samping meja makan sambil menuangkan susu ke dalam gelas.

“Kaa-san, ohayou!” Sapaku ceria.

Kaa-san menoleh, raut wajahnya sedikit berubah. Ia menghela napas pelan.

“Sebaiknya kau istirahat 2 atau 3 hari lagi, Yuya!”

Aku meringis, “Daijoubu Kaa-san. Aku sudah sehat”

Aku mengambil sumpit dan mulai sarapan. Kaa-san memperhatikanku sambil menggelengkan kepalanya. Mungkin heran dengan sifatku yang susah sekali diatur.
“Jangan terlalu memaksakan diri, Yuya. Jaga kesehatanmu”
“Un! Wakatta!”
Kaa-san beranjak dari ruang makan, sepertinya ia menuju ruang tamu. Kegiatan Kaa-san setiap pagi adalah menyiram tanaman di halaman rumah kami yang cukup besar.

Hobi Kaa-san adalah berkebun. Walaupun aku anak satu-satunya, hobi itu tidak menurun padaku.

Aku meminum susu yang telah disiapkan Kaa-san. Minum susu bukanlah kebiasaanku. Lagi-lagi Kaa-san memaksa meminumnya akhir-akhir ini untuk memulihkan staminaku. Mau tak mau aku menurut. Hanya sementara sih.

Ketika aku berdiri dan hendak menuju pintu keluar, Kaa-san menghampiriku dengan membawa payung berwarnra biru.

“Yuya, kau temukan di mana payung ini?”

Aku mengamati payung yang Kaa-san pegang. Sepertinya itu adalah payung Chika yang kupinjam beberapa waktu yang lalu, ketika aku berada di rumahnya dalam keadaan hujan.

“Yokatta! Kau menemukannya, Yuya!” Kaa-san terlihat gembira.

“Eh? Maksudnya?”

“Payung ini milik Obaa-san. Yang kau hilangkan 3 bulan yang lalu. Masa kau lupa?”

Payung Obaa-san? Yang kuhilangkan? 3 bulan yang lalu?

Chotto! Payung ini kan milik Chika?

“Nee, Kaa-san. Payung ini milik temanku”

Kaa-san menggeleng cepat, “Mitte! Ada nama Obaa-san tertulis di sini!”

Aku mengamati payung itu lekat. Memang ada nama Obaa-san di sana. Tapi bagaimana mungkin? Payung ini milik Chika.

“Kaa-san jadi teringat, kau pulang dalam keadaan basah kuyup waktu itu. bodoh sekali sih meninggalkan payung sembarangan!” Kaa-san terkekeh pelan sambil berlalu ke dalam rumah.

Sedangkan aku? Aku berdiri mematung tanpa bisa mencerna tiap kalimat yang Kaa-san lontarkan.

Tunggu! Biarkan aku berpikir sebentar. 3 bulan yang lalu aku pulang dengan keadaan basah kuyup. Aku menghilangkan payung Obaa-san dan sekarang payung itu milik Chika. Aku mengacak-acak rambutku. Mencoba memutar memori otakku 3 bulan yang lalu. Aku merasa ada sesuatu hal yang sangat penting yang aku lewatkan. Tapi aku sendiri tak ingat.

Hujan. Payung. Dan Chika.

EHHHHH????

Maji de???

*****

Aku berlari sekuat tenaga menyusuri jalanan aspal yang tiap pagi kulewati. Entah apa yang kukejar. Kakiku bergerak dengan sendirinya tanpa bisa kucegah. Yang aku tahu sekarang adalah, aku mencari sebuah kepastian. Mungkinkan?

Mungkinkah gadis yang waktu itu tengah menangis dalam hujan adalah—

…Chika?

Benarkah tebakanku ini?

Lalu, perasaan seperti mengenalnya? Apakah benar aku telah bertemu dengannya sebelum hari dimana ia menabrakku?

Arrrggghhhhh!

Terlalu banyak pertanyaan dalam otakku.

Dalam waktu kurang dari dua detik aku berhenti berlari.

Siluet itu tertangkap dengan jelas di mataku.

Sejenak aku bimbang. Bukan. Tepatnya aku tak tahu apa yang akan kukatakan nanti.

Menunggu otakku bekerja membuatku tak sabar, kuteruskan berlari lebih cepat. Bahkan sampai mengejarnya yang tengah mengayuh sepeda.

Ia berhenti mengayuh saat aku menghadangnya sambil terengah. Ada sebongkah pertanyaan yang hendak ku lontarkan, namun mulutku terkunci rapat saat mata kami menyatu.

Mata itu! Kenapa aku tak menyadarinya dari awal! Diam-diam aku mengutuki diriku yang kelewat bodoh ini.

Kedua mata itu mengerjap. Membuatnya terlihat begitu menggemaskan.

“Ano…”

Dia menunggu dengan sabar. Menantikan kalimat yang ingin ku keluarkan. Bagaimana sih aku ini? Kenapa aku mengejarnya? Dan ketika aku telah menemukannya, mengapa otak dan mulutku sama sekali tak mau bekerja sama? Apa sih yang aku lakukan sekarang?

“Eh? Nande?” Suara beningnya menyambar ribuan sel otakku yang tak juga mau bergerak cepat. Aku jadi terlihat seperti orang bodoh.

“Pinjamkan sepedamu sampai stasiun! Onegai!”

Apa itu? Kalimat macam apa yang ku katakan?

“Eh?” Kedua alisnya bertaut, tanda bingung.

Sungguh. Lagi-lagi aku bertindak bodoh!

******

Chika’s POV

Aku memegang jaketnya dengan erat. Agak ragu, namun aku harus melakukannya agar aku tak terjatuh ke aspal. Tegoshi tengah mengayuh sepeda, sedangkan aku berada di bangku belakang. Aku tak pernah membayangkan akan mengalami kejadian seperti ini, apalagi dengan Tegoshi. Dan kenapa jantungku tak mau berhenti berdegup kencang? Sungguh, aku membutuhkan dokter untuk memeriksa keadaan jantungku yang mulai berulah ini.

Aneh.

Kenapa Tegoshi tiba-tiba ingin menaiki sepedaku?

Berpikirlah positif, Chika! Mungkin saja ia sudah telat.

Oke. Itu alasan yang wajar.

Sepanjang perjalanan Tegoshi tak banyak bicara. Malah tidak sama sekali. Hanya sesekali mengomentari keadaan jalanan yang dilewati orang. Bahkan cenderung mengomentari hal-hal nggak penting.

Ketika sampai stasiun kereta api pun Tegoshi tetap aneh. Gerak geriknya terlihat kaku, seperti ingin mengatakan sesuatu.

Kereta akan datang dalam waktu 5 menit, dan tegoshi tetap bergeming. Aku malas menanggapi sikap Tegoshi yang aneh. Maka aku pun diam.

“Nee… Chika” Tegoshi bersuara.

Akhirnya ia bicara juga.

“Hmm…”

Tegoshi menatap Chika bingung, mulutnya terbuka sedikit hendak mengatakan sesuatu.

Tapi keraguan tampak terlihat jelas di raut wajahnya. Aku jadi nggak sabar.

“Doushita no? Kenapa sih hari ini kau aneh banget. Mau bicara saja susah!”

Tegoshi cemberut, entah kenapa aku merasa ia kembali seperti semula.

“Apa kita pernah bertemu?” Tanya Tegoshi santai, “Maksudku sebelum kejadian kau menabrakku dulu” Buru-buru ia menambahkan.

Eh? Kenapa sih anak ini menanyakan hal yang mungkin jelas-jelas kuingat? Hey, Tegoshi! Kau nggak tahu ya, ingatan ku sangat buruk. Mungkin lebih buruk dari ingatan ayam. Sekarang kau malah bertanya padaku mengenai hal seperti itu.

“Entahlah. Mungkin pernah…” Jawabku sekenanya. Aku hanya malas jika dia mengomentari ingatanku yang payah ini.

Tegoshi hanya mengangguk. Aku tak terlalu mengerti apa maksud dari ekspresi itu. tapi aku tak terlalu peduli. Memikirkannya hanya akan membuat kepalaku pusing.

“Kau sudah dengar, kalau Massu mengajak temanmu liburan?”

Aku menoleh, “Ya. Dan Deya mengajakku. Kenapa sih dua orang itu! kenapa menyusahkan orang saja”

Aku ingat betul ketika Deya memohon padaku agar aku ikut liburan musim panas di daerah pantai. Dia hanya ingin mendapat izin dari orang tuanya dan mengorbankan aku. Tapi, akhirnya aku setuju saja sih.

“Massu juga mengajakku. Anak itu benar-benar deh!” Tegoshi juga tampak terganggu.

Entah kenapa diam-diam aku tersenyum. Membayangkan liburan bersama Tegoshi mungkin sedikit menyenangkan, deshou?

“Kau tahu, mereka kan hanya memanfaatkan kita.” Tegoshi kembali berujar.

Aku tersenyum makin lebar. Ada untungnya juga aku dimanfaatkan.

“Demo…” Tegoshi menggantungkan kalimatnya, “Ayo kita bermain sampai puas nanti. Dou?”

Kali ini aku tak dapat menyembunyikan kekagetanku. Spontan aku memandangnya penuh tanya. Apa tadi dia bilang? Bermain sampai puas? Denganku?

Eh? Atashi? Nande?

“Keretanya sudah datang. Ikou yo!”

Tegoshi menarik tangan kananku dan menyeretku masuk ke dalam kereta yang penuh dan sesak.

Chotto! Kenapa jantungku seperti mau loncat lagi sih?

***

Kami terus berjalan beriringan sampai keluar dari stasiun. Dan jarak dari stasiun menuju kampus lumayan jauh sehingga kami masih harus naik bus.

Kami telah sampai di depan pintu gerbang kampus, dan rasanya—entah kenapa—aku tak mau cepat-cepat berpisah dengan cowok berkaca mata itu.

“Tegoshi”

Tegoshi menoleh ke arah sumber suara, begitu pula denganku. Seorang cewek berambut pendek sebahu menunggu di area depan kampus. Menghampiri Tegoshi dengan riang dan ketika melihatku tatapannya langsung berubah datar.

“Oh, Misa. Nande?” Tegoshi tersenyum ke arah cewek yang bernama Misa itu.

Merasa tak enak, maka aku berusaha berpaling dari mereka berdua. Meskipun suara mereka tetap terdengar jelas di telingaku. Tapi, diam-diam aku mencuri-curi pandang ke arah mereka berdua.

Misa menggeleng pelan, tetap tersenyum. “Nandemonai. Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari ibuku untuk bibi”

Apa? Pesan? Dari ibunya untuk bibi—sudah pastinya ibunya Tegoshi kan?

“Nani?”

Misa sedikit melirikku, “Ibuku mengundang ibumu untuk datang ke perayaan pernikahan orangtuaku minggu depan”

Tegoshi mengangguk mengerti, “Un. Akan kusampaikan pada ibuku”

”Tentu saja kau harus datang!”

“Oke desu!”

“Aku harus kuliah. Jaa!”

“Jaa!”

Cewek itu berlalu dari hadapan kami dengan anggunnya.

Aku menatap tegoshi yang masih terus memandang kepergian cewek itu.

“Aku duluan ya!” Kataku agak kesal. Entah kenapa perasaanku tiba-tiba menjadi tak karuan. Mungkin karena cewek tadi. Ah, tapi siapa sih dia? Aku saja tidak kenal.

Kenapa aku musti sebal?

“Eh? Kau bilang mau ke—“

“Tidak jadi. Jaa!” Potongku cepat. Dan dengan cepat juga aku berlari menjauh darinya.

Oke. Lagi-lagi otakku tak beres.

Oke. Tapi aku tak peduli.

***

To be continued…

Chocolate - Tegomasu

Label: , , ,



7 Komentar:

Blogger chikaです♪ mengatakan...

udah apdet aja ya dirimu~ XDDD
*digaplok*

itu kenapa gw bisa nangis deh??
*apa?? karena gw cengeng?? gw gigit lw kalo jawab itu*

terus itu kenapa misa jadi nongol lagi??? XDDD

19 Juli 2010 pukul 06.18  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

Udah dong..
Kan liburan g ad krjaan. Pengangguran abis T.T

emang lo nangis? Gak ada adegan nangis tau. Cb deh lo bc ulang,

lho, justru itu. Misa pan emg gw jdwalkan muncul sbg pengganggu. Wkwk

20 Juli 2010 pukul 01.12  
Anonymous Anonim mengatakan...

itu yg pas ujan yg di chapter satuuuuu~
kesannya penting bgt itu bagian.. ==a
diomongin mulu...

beneran jadi toh..
abis dulu lw bilang bingung ndiri ama itu karakter atu tiba2 lw masukin gitu aja~ XDDD

20 Juli 2010 pukul 05.59  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

Oh di chapter atu toh neng.
Tenang tenang, ada kok ngapa lo nangis. Ada lah alesan'y. Mso iya gw bkin elo mewek gak ada sebab.
Hahahak~

huo, misa gw bkin sbg pelengkap.
Mgkn chapter slanjutnya bkal lebih fluff dan selanjutnya lg bneran sentimentil. Gw bkin agak tragis dkit yo..
Ohoho

21 Juli 2010 pukul 18.32  
Blogger lenny_da mengatakan...

aihh~ deya gw uda baca nii~
akhirnya tego inget juga dah, tapi odong ah dua2nya sampe ga inget gitu~ XDD

misa ye~ ga tau kenapa gw dmen aja pas tu chara muncul,
apalagi pas tu cewe ngelirik2 chika hehee :p

25 Juli 2010 pukul 04.53  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

kakaaaaaaaakkkk lennnnnyyyy~
huahahahaaaa..
tumben kak lo baca yang ini..
uhuhuuu~
*ketawa senang*

ya, pada dasarnya mereka emang odong beneran..
gyayayaaaahhaaa...

oh iya, saya juga demen si misa muncul XDD

25 Juli 2010 pukul 23.18  
Blogger lenny_da mengatakan...

gw baca dari chap pertama tauuuu :p

btw, lo kangen yak ama gw ahwhwuehahauha
*elus2 deya*

tuu kaannn~
misa bakal jadi penganggu nih *ketawa setan*

27 Juli 2010 pukul 04.45  

Posting Komentar

home