december post

Deeto, janai ka?

Little Bride
7 comments gimme comment?

Tittle : Little Bride

Author : deya
Genre : Romance
Rating : pg15
Cast : Inoo Kei, Fujimoto Asuka (OC nya Fietha)
Diaclaimer : Don’t own Inoo and the OC. Inoo belongs to JE, the OC belongs to fietha.

A/N: oke, maap kalo aneh. Gw aja geli bacanyaaaaaa~ gila ih otak gw tercemar gara2 ryo bilang “chotto ecchi” nih *blush*… huahahahaaa LOL. Dou zo!

***

Asuka membuka matanya. Ia menghembuskan napas panjang. Matanya tak henti menerawang ke langit-langit kamarnya—masih putih.

Lalu apa yang ia pikirkan?

Mengapa ia merasa begitu asing di tempat ini?

Asuka mengusap dahinya—frustasi.

Aku kan sudah menjadi seorang istri! Umpatnya dalam hati.

Ia melangkah gontai menuju kamar mandi, mencuci wajah seadanya lalu keluar menuju dapur. Ia memandang pasrah pada tumpukan panci di dapurnya. Lagi—ia menghela napas.
Asuka membuka lemari es, mengeluarkan beberapa bahan makanan yang akan ia masak. Wajahnya cemberut luar biasa, rasa kantuk masih menyelimuti benaknya. Meskipun begitu, ia tetap melaksanakan kewajiban pertamanya sebagai seorang istri—memasak maksudnya.

Hal inilah yang membuatnya uring-uringan, ia paling tidak bisa bangun pagi apalagi memasak. Pekerjaan itu membuatnya kesal tiap kali ia mengingatnya. Tapi apa boleh buat, ia tak bisa menghindari pekerjaan nista itu.

KREEK!

BRAK!

Asuka menoleh kaget, mendengar pintu dibuka paksa dan dibanting dengan kasar. Siapa lagi pelakunya kalau bukan—

“Asuka! Kenapa aku nggak dibangunin sih?”

Seorang cowok tampan luar biasa cemberut menatap Asuka, kulit putihnya bersinar terkena sinar matahari pagi. Rambutnya acak-acakan, kemeja biru lautnya belum terkancing sama sekali. Dengan gerakan cepat cowok itu mengancingkan kemejanya—sambil menggerutu.

“Ah, gomen” Asuka nyengir, “Aku juga bangun kesiangan”

“Kau tahu kan? Jadwal kuliahku pagi sekali! Kau ini bagaimana sih?” Omelnya.

Asuka menghela napas, mencoba bersabar. “Inoo Kei, semalam aku tidur larut malam. Makanya aku bangun kesiangan”

“Kok bisa?” Cowok yang dipanggil Inoo Kei oleh Asuka itu bertanya acuh.

Amarah Asuka mulai naik, “Aku mengerjakan tugas. Memangnya aku pembantumu yang selalu mengurusimu, hah?”

Inoo melirik tajam, “Kau kan istriku. Lupa?”

Asuka memberikan pandangan yang sama tajamnya, ia mendengus kesal. “Ingat. Lalu?” Matanya menantang kedua manik hitam di depannya.

Inoo menghela napas kesal, pagi-pagi seperti ini ia malas sekali jika harus bertengkar dengan istri ingusannya. Ia bahkan ingin melupakan sejenak bahwa ia telah menikah dengan gadis menyebalkan ini.

“Sudahlah! Aku berangkat dulu” Inoo mengalah, ia memilih untuk mundur teratur.

“Chotto!” Asuka berteriak, masih dengan wajah cemberutnya, ia mengangkat sebuah kotak bekal setinggi dadanya, “Bentonya!”

Inoo menatap heran. Ia masih bingung dengan situasi sekarang ini.

“Makan ini di jalan. Kau kan belum sarapan!”

Tertegun, Inoo menatap istrinya tak percaya. Sebersit perasaan bersalah atas sikap buruknya tadi meluap. Perlahan ia mendekat, menerima kotak bentonya dengan senyum mengembang.

Ia mengecup pipi Asuka cepat, lalu berlari secepat mungkin sebelum Asuka sempat mengatakan apapun.

“Ittekimasssssuuuuuu……” Teriaknya kencang.

Wajah Asuka memerah. Ia menyentuh pipinya pelan. Senyumnya tak bisa dipendam. Tiba-tiba hari buruknya berubah cerah.

“Yabai! Aku kan harus sekolah!”


***

Asuka menopangkan sebelah tangannya di dagu. Mengamati langit biru yang terlihat dari kaca jendela kelasnya. Duduk di pinggir jendela memang paling menyenangkan. Dan ia suka sekali melamun sambil melihat langit. Memikirkan segala hal, mulai dari imajinasi gilanya sampai hal-hal penting lainnya. Inoo Kei sempat mengecap hobinya ini aneh, tapi toh ia tak pernah ambil pusing.

Inoo Kei?

Asuka tersenyum kecil.

Cowok itu baru menduduki bangku kuliah 3 tahun lalu. Masih sangat muda, tampan, dan menawan. Asuka menggelengkan kepalanya, bahkan ia sangat pintar. Memasuki universitas Meiji dengan nilai sempurna, jurusan arsitertur didapatnya dengan mudah.
Asuka kembali tersenyum.

Beruntung sekali ia dapat menikah dengan cowok sempurna seperti Inoo Kei. Memikirkan hal ini tak akan berujung pada kesimpulan apapun. Ia mengenal Inoo Kei dari kecil. Bahkan ia tahu benar seperti apa sifat dari cowok itu. Ketika Asuka berumur 10 tahun keduanya berpisah, karena orang tua Inoo harus pindah ke luar negeri. Ia sangat menyayangkan posisi Ayah Inoo yang berprofesi sebagai diplomat. Selama itu pula ia tak pernah melihat sahabat kecilnya. Dan ketika Asuka berumur 15 tahun, ia mendapat berita bahwa Inoo akan kembali ke Jepang. Dan ketika umurnya menginjak pada angka 18 tahun, Inoo resmi menjadi calon suaminya.
Asuka bergidik. Ia tak pernah membayangkan akan menikah dengan Inoo Kei. Teman masa kecilnya yang lebih banyak menyebalkan dari pada mennyenangkan itu.
Ini semua terjadi karena nenek Asuka maupun Inoo telah mengikat janji untuk menikahkan kedua cucu mereka. Terutama nenek Asuka, ia paling bersikeras untuk menikahkan Asuka dan Inoo secepatnya. Karena penyakit yang diderita beliau membuatnya bertindak demikian. Ia ingin melihat cucunya menikah, sehingga dapat meninggalkan dunia dengan tenang. Asuka maupun Inoo tak bisa menolak permintaan tersebut. Mereka menyayangi nenek-neneknya. Meskipun menolakpun mungkin, tapi Asuka tak kuasa melihat buliran bening membasahi kedua pipi neneknya. Dan Inoo juga tak sanggup melihat nenek Asuka seperti itu. Dan benar saja, selang beberapa hari setelah keduanya menikah, nenek Asuka meninggal dunia.

Dan inilah sekarang. Kehidupan Asuka dimulai sebagai seorang istri resmi dari seorang Inoo Kei. Namanya buka lagi Fujimoto Asuka, tapi Inoo Asuka. Menggelikan, jika Asuka mengingat nama itu. Sungguh, menikah dengan Inoo tidak ada dalam cita-citanya selama ini. Perasaan khusus juga tak ada. Tapi, ketika Inoo kembali dari luar negeri, Asuka merasa ada yang berubah dari cowok itu. Bahkan kebersamaan mereka selama 3 tahun terakhir membuat hatinya kadang berdesir ketika berdekatan dengan Inoo. Entah perasaan apa. Mungkin—cinta?

Tidak.

Bukan mungkin. Tapi ia memang menyukai Inoo Kei. Terlepas dari semua sikap buruknya. Tapi, ia masih terlalu muda untuk menentukan.

Apalagi dengan keadaan dirinya yang masih menyandang status sebagai siswa SMA. Rasanya aneh, seorang anak SMA sudah mempunyai seorang suami. Sampai sekarang Asuka masih merahasiakan statusnya kepada teman-temannya. Bukankah akan sangat gawat jika semua orang tahu?

Tiba-tiba keitai Asuka berbunyi. Inoo menelponnya.

“Moshi-moshi” Asuka menjawab.

“Asuka, Obaa-san akan datang nanti malam. Bagaimana?” Suara Inoo terdengar agak panik.

Nenek Inoo?

“Lho? Memang kenapa? Kenapa suaramu panik begitu sih?” Asuka bertanya heran.

“Maksudku… Eh? Maksudku…” Ucap Inoo terbata, “Kau nggak apa?”

Kedua alis Asuka bertaut, “Apa sih maksudmu? Tentu saja aku nggak apa-apa”

“Tapi kan…” Helaan napas, “Ya sudah. Kau masak ya?”

Kedua mata Asuka mengerjap cepat, “Astaga! Apa yang harus ku masak, Kei? Kau mau Obaa-san mati di tanganku?”

“Lho? Selama ini aku baik-baik saja makan masakanmu?”

Asuka tertawa lebar, “Karena kau bukan manusia!”

Terdengar nada kesal di seberang, “Sudahlah. Pokoknya kau masak. Titik! Jaa!”

Telpon ditutup.

Asuka menatap keitainya lemas.

Ia benci memasak.


***

Susah payah, Asuka memasak berbagai masakan. Ia tidak menjamin masakan yang dibuatnya sanggup dimakan oleh manusia. Ia saja sama sekali tak berani menyentuhnya sedikitpun.

Asuka menghela napas pelan, sebegini beratkah menjadi seorang istri? Kalau boleh memilih, ia lebih ingin menjadi ramaja biasa lainnya. Menghabiskan masa muda dengan bersenang-senang. Menjalin hubungan dengan indah atau berkumpul dengan teman-temannya yang seumuran. Bersenang-senang tanpa memikirkan kehidupan rumah tangga yang merepotkan seperti ini.

“Kenapa menghela napas begitu?”

Asuka mendongak, mendapati Inoo Kei memandanganya acuh.

Kapan dia pulang?

“Kapan kau pulang? Kok aku nggak dengar?”

Inoo meletakkan tasnya di meja, berjalan santai menuju lemari es dan meneguk sebotol air mineral dingin. Ia mengelap bibirnya yang basah dengan punggung tangan kanannya.

“Baru saja. Kau kan sibuk melamun dan menghela napas. Seperti nenek-nenek saja!”

Asuka merengut. Tapi ia malas berdebat dengan Inoo. Selalu saja cowok itu berhasil mematahkan segala ucapannya.

“Kei, mendekatlah!”

Inoo menurut, ia berdiri tepat di samping istrinya. Terus terang, penampilan Asuka yang memakai celemek ini membuat hati Inoo berdesir. Manis.

Asuka menyendokkan kare ke dalam piring kecil, lalu memberikannya pada Inoo.

“Makan!” Perintah Asuka sambil bersiap memasukkan sendok berisi kare ke dalam mulut Inoo.

Kedua alis Inoo bertaut, “Kenapa aku? Kenapa bukan kau saja yang—“

“Buka mulutmu!” Seru Asuka galak.

Mau tak mau Inoo membuka mulutnya, mengunyah pelan kare yang dibuat istrinya. Tak lama, air mukanya berubah.

“Asin!” Kata Inoo mengomentari. “Kau ini mau membuat Obaa-chan mati apa?”

Asuka tertawa pelan, “Maka dari itu aku menyuruhmu mencobanya dulu.”

“Kejam!”

Asuka melirik sebal, “Kau yang kejam! Aku disuruh memasak padahal nggak bisa!”

Inoo ikut melirik sebal, “Itu kan tugasmu!”

Baru saja Asuka ingin membalas ucapan suaminya, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Dan sudah dapat dipastikan tamu itu adalah Obaa-san.

****

“Wah, Asuka pandai memasak ya?” Obaa-san tersenyum senang. Ia baru saja menyelesaikan makan malamnya. Meskipun masakan Asuka tidak terlalu enak tapi ia menghargai niat baik istri cucunya ini. Ia ingat betul bagaimana sifat Asuka. Suka seenaknya dalam bertindak, keras kepala, dan pemalas. Siapa sangka ketika menjadi seorang istri sikapnya sedikit demi sedikit mulai berubah.

Asuka meringis lucu. Tak menyangka akan mendapat pujian seperti itu. Coba ada Kei sekarang. Pikir Asuka bangga. Pasti cowok itu akan mendelik sinis mendengar penuturan neneknya barusan. Tadi suaminya pamit mau mandi.

“Bagaimana mengurus Kei? Mudah kan?” Obaa-san bertanya genit. Ia tersenyum penuh arti. Sayangnya Asuka terlalu bodoh untuk mengerti maksud neneknya tersebut.

Asuka mengagguk pelan. Apanya yang mudah? Kei kan sangat cerewet. Tapi, selama ini dia selalu memakan apapun yang Asuka masak. Tidak peduli itu makanan manusia atau alien, Kei akan memakannya tanpa berkomentar.

Obaa-san tambah bersemangat, “Kei anak yang lembut kan?”

Asuka memiringkan wajahnya 15 derajat, meskipun ia agak bingung dengan pertanyaan Obaa-san tapi ia mengangguk juga. Kei memang bukan tipe orang kasar. Meskipun gampang marah, itu jelas.

Obaa-san ingin membuka mulutnya ketika Inoo keluar dari kamarnya sambil mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk putih. Cowok itu menggunakan kaos putih pendek dengan model kerah v-neck. Celana hitam panjangnya membalut kaki jenjang itu tanpa celah. Asuka terdiam sesaat. Melihat suaminya berambut basah seperti itu, entah kenapa membuat perasaannya tak enak.

“Kei, duduklah di sini!” Obaa-san memberi tanda kepada Inoo untuk duduk di sebelah Asuka. Inoo menurut saja. Dengan santai ia melewati Asuka dan menghempaskan tubuhnya sedikit keras di sofa.

Sekilas Asuka dapat mencium harum shampoo yang Inoo pakai. Bahkan dengan jelas pula hidung mungilnya mencium aroma sabun mandi dari tubuh suaminya. Asuka melirik ke arah Inoo pelan, wajah putih itu begitu sempurna. Bola mata hitamnya mengerjap pelan, begitu indah. Asuka tersenyum sendiri, betapa suaminya ini sangat sempurna. Berwajah tampan dan mempunyai otak yang cemerlang. Mungkin Inoo akan menyesal karena telah memilih dirinya. Mungkin tapi—

Pandangan mereka menyatu. Asuka langsung beralih menatap Obaa-san. Malu kepergok sedang memperhatikan cowok narsis itu.

Obaa-san tersenyum lagi, “Naah, bagaimana dengan kabar cucuku?”

“HEH?” Asuka dan Inoo mendongak bersamaan, saling memandang kaget, kemudian semburat merah jambu menghiasi kedua pipi mereka. Topik yang sangat sensitif.

Asuka salah tingkah. Ia memainkan jarinya kaku, pandangannya kabur, sama sekali tak fokus. Sedangkan Inoo hanya diam sambil kembali mengusap rambutnya yang masih basah. Diam-diam Asuka menjerit dalam hati, menyuruh Inoo untuk berhenti mengusap rambutnya. Rambut Inoo yang acak-acakan seperti itu terlihat lebih, hm… menawan. Mungkin. Oh, oke itu bukan masalahnya sekarang.

“Kenapa diam?” Obaa-san bertanya, “Kalian, apakah belum…” Pertanyaan itu berhenti ketika tingkah Asuka dan Inoo makin aneh.

“Ah, nanti kamar kalian disatukan saja ya!”

Dua pasang mata itu melebar. Belum bisa mengeluarkan sepatah katapun. Mereka sibuk menenangkan degupan jantung yang tiba-tiba berderu.

“Obaa-san…” Inoo memulai, kaku. “Asuka kan masih sekolah, dia juga berhak untuk kuliah. Jadi—“

“Tapi, kalian kan sudah berjanji pada Nenek Asuka kan? Bagaimana ini ya?”

Asuka merasa ada yang janggal, “Janji? Janji apa?”

“Janji kalau—“

“OBAA-SAN…” Tiba-tiba Inoo berteriak. Kedua wanita dihadapannya memandang heran. Terlebih lagi Asuka, ia heran kenapa Inoo sebegitu paniknya.

“Sudahlah. Jangan dibahas dulu. Obaa-san istirahat dulu ya di kamarku” Inoo berusaha meredam kepanikannya, tapi tak bisa. Ia yakin Asuka pasti akan bertanya lagi.

“Janji yang mana, Obaa-san?”

Benar kan? Ia bertanya lagin kan?

Inoo menunduk frustasi. Gawat!

“Bukankah kalian berjanji akan segera memberikan kami cucu jika Asuka sudah lulus sekolah, dan itu sebentar lagi kan?”

Asuka mematung. Ia memandang Inoo penuh tanya, berusaha meminta penjelasan. Tapi suaminya itu malah tak mau memandangnya.

Sialan! Umpat Asuka kesal.

“Dan, maaf ya Kei. Obaa-san tidak mau tidur di kamarmu. Aku pinjam kamarmu ya, sayang?” Obaa-san memandang Asuka, meminta izin.

Asuka mengangguk. Tapi sedetik kemudian ia berpikir. Ukuran kasurnya kecil, jika dia dan Obaa-san yang badannya besar tidur bersama pasti tidak akan muat. Ia yakin Obaa-san juga mengetahui hal itu.

“Lalu, aku tidur dimana Obaa-san?” Asuka bertanya polos.

Obaa-san tersenyum, “Tentu saja kamar suamimu, sayang”

HEH??


***


Asuka mengerjakan tugas sekolahnya tak fokus. Sesekali ia melirik Inoo di sebelahnya, yang sedang mengotak-atik komputer. Inoo menyadari sedang diperhatikan, ia menoleh, memberikan raut wajah ‘ada apa’nya. Tapi hanya dijawab Asuka dengan gelengan, lalu kembali berusaha sibuk dengan PRnya.

Bagaimana ia mau serius mengerjakan tugas jika makhluk perusak konsentrasinya ada di sebelahnya? Bagaimana Asuka bisa menghitung dengan benar jika Inoo dengan santainya duduk di sebelahnya? Asuka menelan ludah. Pasti PRnya tidak akan selesai malam ini. Pasti besok ia akan berdiri di depan kelas selama pelajaran fisika berlangsung.

Perlu diketahui, Asuka sedang berada di kamar Inoo. Karena Obaa-san sudah tidur dan tidak mau ada lampu yang menyala ketika ia tidur. Dan, malam ini juga Asuka harus tidur satu ranjang dengan suaminya. Hal itu cukup membuat konsentrasi Asuka pecah berkeping-keping.

“Apa sih yang sedang kau kerjakan?” Kepala Inoo menoleh dan melihat pekerjaan Asuka, “Kenapa sepertinya susah sekali, sih?”

Asuka merengut kesal. Jelas-jelas semua karena Inoo dia begini.

Inoo tampak manggut-manggut melihat pekerjaan Asuka, “Fisika ya? Bab elekromagnetik? Itu kan mudah”

“Iya. Mudah untuk orang secerdas Inoo Kei!” Jawab Asuka asal. Mendengar perkataan Inoo semakin membuat emosinya tak karuan.

Inoo tertawa kecil, “Sini, perlihatkan padaku. Biar suamimu yang pintar ini yang mengajarimu, Asuka”

Inoo mendekat. Ralat. Sangat dekat sehingga Asuka dapat mengukur suhu tubuh Inoo. Sangat dekat sehingga membuat jantung Asuka loncat sampai ke lantai. Membuatnya berkeringat dingin dan tangannya sedikit gemetar. Ah sial, ekspresi macam apa ini! Asuka mengumpat dalam hati.

Mau tak mau Asuka mendengarkan Inoo. Cowok gila belajar itu dengan sangat mudah menyelesaikan soal yang menurut Asuka paling susah. Diam-diam Asuka kembali kagum dengan kecerdasan Inoo.

“Coba kerjakan soal yang lain. Nanti kuperiksa!”

Asuka beralih mengambil pensilnya, mulai mengerjakan soal yang lain. Tangannya berhenti saat mendapati Inoo masih menatapnya.

“Apa? Kerjakan tugasmu juga dong!”

Bukannya kembali berkutat dengan komputernya, cowok itu malah meletakkan dagunya di pundak kanan Asuka. Lagi-lagi membuat jantung Asuka mencelos.

“Akan kulihat istriku belajar. Aku bisa malu jika kau bodoh”

Gelagapan, Asuka membuka mulutnya. “Ta…tapi kan, tidak perlu begini, Kei… um…”

Belum selesai Asuka berbicara, Inoo melingkarkan kedua tangannya di pinggang Asuka. Membuat cewek mungil itu mematung. Mulutnya sudah tak sanggup lagi untuk berkomentar. Perlakuan Inoo ini malah membuatnya terdiam. Napasnya seperti berhenti, ia merasa darahnya berhenti mengalir saat itu juga. Adrenalinnya mengungguli akalnya.

Ia melirik suaminya was-was. Siapa sangka jika Inoo juga tengah memandangnya inten. Wajah cowok itu agak memiring, dengan posisi masih berada di atas pundak Asuka. Terlihat polos. Polos? Tunggu, siapa yang tahu isi otak seorang Inoo Kei yang berjenis kelamin pria itu sih?

Degupan itu makin kencang dan membuat Asuka kehilangan kendali untuk beberapa saat. Pikirannya kosong. Hanya dipenuhi dengan satu nama. Inoo Kei.

Sial!

Inoo memajukan wajahnya. Berhenti tepat dua senti di depan wajah Asuka. Diam dan tidak melakukan apapun. Dalam hati Asuka bertanya, apa yang sedang Inoo lakukan. Hanya mempermainkannya kah?

Inoo menghirup udara dengan hidungnya. Menghembuskannya perlahan, menyapu lembut kulit pipi Asuka. Memberikan sensasi aneh ketika Asuka merasakannya. Inoo menghirup udara lagi, lebih keras. Tapi cowok itu tidak segera menghembuskannya. Makin menantang kedua mata Asuka. Membiarkan kedua manik hitam istrinya itu mengikuti arah pandangnya. Hembusan berikutnya cukup keras, menimbulkan suara mirip desahan yang keluar dari bibir Inoo.

Asuka bergidik geli. Apa sih yang mau Inoo lakukan?

Inoo melewati bibir Asuka begitu saja, ia berhenti tepat di sebelah telinga Asuka. Sedikit tertawa sehingga hembusan napasnya menyapu telinga Asuka. Dada Asuka berdesir, merasa daerah intimnya diusik. Inoo tersenyum geli melihat telinga Asuka yang memerah.

“Asuka…”

Panggilan itu begitu lirih, tapi Inoo yakin Asuka dapat mendengarnya dengan jelas.
Kedua pasang mata itu kembali bertemu. Tak ada perlawanan dari sorot mata Asuka, seperti sebelumnya. Inoo telah menekannya untuk diam. Dan itu berhasil.

Tanpa aba-aba Inoo melumat habis bibir mungil Asuka. Awalnya hanya menekan pelan, lama-lama tekanannya makin keras. Membuat Asuka sedikit kesulitan bernapas. Tanpa sadar ia membuka mulutnya, membiarkan Inoo masuk sesuka hati.

Keadaan itu berlangsung cukup lama, sampai Inoo sendiri yang menghentikannya. Asuka ngos-ngosan di tempat. Pasokan udara di dalam tubuhnya melemah. Ia menghirup udara dalam-dalam. Memalingkan wajahnya dari Inoo. Bagaimana ia harus memandang suaminya setelah ini, hal itu yang berkecamuk dalam otaknya.

Inoo memegang kedua pipi Asuka, menempatkan wajah mungil istrinya tepat di hadapannya. Ia tahu Asuka malu setengah mati, tapi untuk apa? Toh mereka sudah menjadi suami istri.

Benar saja, kedua pipi Asuka memanas dan tampak merah. Inoo tersenyum geli melihatnya.

“Apakah aku orang yang pertama?”

Asuka mengerjap perlahan, lalu memutar bola matanya gugup. Dan Inoo tahu benar jawabannya.

“Sepertinya begitu ya Asuka-chan?” Inoo menggoda genit.

“Ugh…a..aku… uhh…” Asuka kesulitan berbicara karena kedua tangan Inoo masih menjepit kedua pipinya.

Inoo mendekatkan kepalanya hingga menyentuh kepala Asuka. Ia menyentuh ujung hidung mancung Asuka dengan ujung hidungnya.

“You must study hard about ‘ecchi stuff’, honey…”


***
TBC


Huakakakakakak LOL
Maap saya bego bikin one shoot jadinya malah panjang.
Janji cuma 2 chapter kok XDD
*biarkan gw curhat dikit: kenapa abis sakit gw kembali membuat dosa????? tendangin diri sendiri salahkan ryo yg kenapa itu muka H banget di LIVE3x huahahaha LOL*

Label: , , ,



7 Komentar:

Blogger miemie miavi mengatakan...

kak deyaaa......
ficnya kereeen....!!!!!!


buruan lanjut dong......

28 Desember 2010 pukul 00.08  
Blogger Dian no usagi mengatakan...

keReeeeennnnnn
Sugoi deSune!!!!!!

kak..... gmN sih caranya kok fIc kakak bZ bGus bGt?

28 Desember 2010 pukul 00.10  
Anonymous Anonim mengatakan...

*makles login blog*
iniiiii sayaaaa lohhhhh, yg akan memberikan komen spektakuler. ohohohoo

ehem!
bingung m komen yg mana dl xDDDD

lw blng k gw geli2 gtu kn pas nulis.
gw yg baca SERIUSAN geli xDDDD
akan kelebaian yang ada. ahahhahahah
tp lm2, makin k bwh gw doki2 sendiri LOL XDDDD
astagaaaahhhhhh
ryo udh meracuni otak lw de!!!!
xDDDD

gw lupa m ngmng apa lg, jd udahan aja dah XDDDDD
*jd g spektakuler lg ini mah =3=*

ohohohoo jng lupa penpik sekuel saia segera d bikin x3
*d lemparin kaca. SWWIIIIIINGGGG~ BLETAK!!*

29 Desember 2010 pukul 19.33  
Anonymous Anonim mengatakan...

DEYAAAAA!!
BURUAN LANJUTIN YA HONEY!!!
JADI ERO JUGA GAPAPA KOK!!
*disabit*

29 Desember 2010 pukul 22.32  
Blogger ayu esti mengatakan...

etaaa,,,
kyaa,,,
mendosa saia bacaa ni ffc...
ayoh cepet,,
apa yg akan inoo lakukan selanjutnyw...
wkwkwk,,cepet cepet,,,
aihhhgoo

2 Januari 2011 pukul 06.05  
Blogger deya_daisuke mengatakan...

@ miemie miavi sama @Dian no usagi: domo~ kenalan dulu yuk kita XDD
hahha, dipuji saya astaga~ *melayang*

neechan: halah komen lo spektakuler banget. hahaha LOL
iya bagian terakhir itu bikin gel banget ya? gw juga mikir gitu. wakakakakak *padahal sapa yg bikin juga*


fietha: sabar neng sabar~ *lempar inoo* XDD

ayu: lo dosa apalagi gw coba????
hahahaha XDD

3 Januari 2011 pukul 02.42  
Blogger lenny_da mengatakan...

halooooo deyaaa
saya br bacaa lhoooo uwoowooo
bacanya susah payahh ih coz uda keseringan bc ff eigo *curcol* XDDDDD

oke komen!

DE! sumpah lo TUMBEN BIKIN 'GINIAN'?!
terus?
LANJUTINNNN!!
BURUU!

*gitu doang gyahahahhaa XDDDD

4 Januari 2011 pukul 04.39  

Posting Komentar

home